Judul : Tafsir Al-Qur’an Juz 30
Pengarang : H. Zaini Dahlan
Penerbit : Takmir
Masjid Baitul Qahhar UII bekerjasama dengan Lazis UII, Yogyakarta, Mei 2007
Tebal Buku : 237 halaman
Sekilas tentang Tafsir Al-Qur’an Juz 30
Kitab Tafsir Al-Qur’an Juz 30 ini merupakan bahan penulis yang rencananya akan disampaikan pada tiap-tiap pengajian.
Namun, dikarenkan waktu pertemuan yang sangat terbatas, penulis berinisiatif
untuk mewujudkan materi-materi ceramah tersebut dalam wujud tulisan, agar para
pembaca—khususnya jama’ah pengajian yang dipimpin beliau--lebih luas serta
memiliki waktu yang cukup panjang dalammengkaji.
Format penulisan
kitab Tafsir Al-Qur’an Juz 30 ini diawali dengan kata pengantar dari
penyusun/penulis. Adapun langkah-langkah penulis dalam menyusun buku tafsir ini adalah sebagai
berikut : dengan memberikan gambaran umum kandungan dari isi surat yang bersangkutan, kemudian dilanjut
dengan pencantuman teks ayat berikut terjemahannya, dilanjut dengan menjelaskan/menafsirkan
ayat, dan terakhir dengan mencantumkan kalimat tanbih (berupa i’tibar
surat) dari penulis di setiap akhir surat yang ditafsirkan.
Prinsip-prinsip/Metodologi Penafsiran
· Disebutkan apakah
termasuk surat makiyyah/madaniah.
· Menggunakan asbabul
Nuzul (jika ada) sebagai pengantar sebelum ke penafsiran.
· Sebagian besar
ditafsirkan secara ijmali/global.
· Sebagian besar
menggunakan tafsir bir-Ra’yi, dimana peran penafsir memiliki ruang yang cukup
luas dan bebas dalam menafsirkan ayat-ayat dalam al-Quran.
· Terkadang juga Menggunakan
metode tafsir bi al-Riwāyah,
·
Tidak semua ditafsirkan per-ayat/satu per-satu akan
tetapi ditafsirkan berdasarkan ayat yang mempunyai kesamaan alur cerita. Misal penjelasan
ayat 1, penjelasan ayat 2-4, dsb.
Contoh Penafsiran:
1.
Q.S Al-Ikhlas : 2
اللَّهُ الصَّمَدُ
Artinya : Dia yang segalanya tergantung kepada-Nya
Penjelasan:
Allah adalah yang Maha
sempurna yang semua makhluk tanpa kecuali tergantung kepada-Nya, kekuasaan-Nya
yang tunggal mencakup seluruh semesta, tiada yang lolos dari pengawasan dan
pengendalian-Nya juga tidak ada yang terlewati rahmatdan kasih sayang-Nya,
keputusan-Nya berlaku pada semuanya tiada yang membantah atau menolak, kasih
sayang-Nya menembus seluruh yang ada samapi ikan di kedalaman laut. Tiada dosa
yang ditolak untuk dimaafkan tiada amal sekecil apapun yang tidak dinilai dan
dihargai.
Allah adalah tumpuan
harapan seluruh makhluk segala yang dibutuhkan makhluk berasal dari-Nya dan
semua ada karena karunia-Nya, dan bahwa perjalanan manusia yang panjang
berakhir hanya pada-Nya saja. Dia pula yang menentukan dengan keadilan-Nya yang
tinngi nasib manusia di akherat berdasar iman dan amalnya.
2.
al-kautsar : 1
إِنَّا أَعْطَيْنَاكَ الْكَوْثَرَ
Artinya : Sungguh
Kami telah keruniakan kepadamu kenikmatan yang banyak.
Penjelasan :
Kaum
Kafir Makkah menyebarkan issu berdasar kepercayaan Arab jahiliah bahwa seorang
yang tidak mempunyai keturunan laki-laki akan gagal hidupnya dan putus
sejarahnya. Issu ini berkaitan dengan meninggalnya putra Nabi saw yang bernama
Ibrahim. Surah ini demikian pula surat yang lain telah menjelaskan bahwa Allah
tidak akan meninggalkan dan membiarkan Rasul-Nya dimusuhi dan disakiti dengan
cara apapun, Allah telah memberikan kerunia-Nya yang banyak kepada Rasul baik
di dunia dan kelak di akherat sehingga Rasul dan para pengikutnya tidak perlu
gelisah menanggapi issu yang tujuan utamanya menyebarkan kegelisahan.
Judul : Tafsir Tematis Al-Qur’an dan Masyarakat;
Membangun Demokrasi dalam Peradaban Nusantara
Pengarang : Hasyim Muhammad
Penerbit :
TERAS, Yogyakarta, November 2007
Tebal Buku : 198 Halaman
Tafsir Tematis Al-Qur’an dan Masyarakat; Membangun
Demokrasi dalam Peradaban Nusantara
Buku karangan Hasyim Muhammad ini bermaksud mengkaji
secara lebih komprehensip dan kontekstual yang berpijak pada konteks
perpolitikan di Indonesia terhadap sumber hukum Islam, khususnya al-Quran dan
sunnah. Sebagian besar isi dari
buku ini adalah, pertama buku ini membahas bagaimana seluk beluk serta
perjalanan demokrasi dalam peradaban di nusantara ini, bagiamana tradisi
demokrasi di Indonesia ditinjau dari berbagai daerah besar di Indonesia (misal
tradisi demokrasi di Jawa, Acah, Banjar, dll), kedua, pembahasan
mengenai civil society bagaimana sejarah perkembangan serta apa
ide/pemikiran utama dari konsep civil society tersebut. dan ketiga adalah
pembahasan tentang bagiamana al-Quran dan kaitannya terhadap isu-isu
kemasyrakatan sekarang. Pembahasan yag terakhir ini merupakan inti dari tujuan
penulisan buku ini.
Adapun Metode yang di gunakan adalah dengan cara proses
pegumpulan, pengolahan analisis data yang disesuaikan dengan kronologi
penafsiran tematis (maudlu’i) yang dilengkapi dengan pendekatan historis
kontestual. Yakni dengan terlebih dahulu menentukan variabel dari term civil
society kemudian dilakukan pengumpulan ayat-ayat yang sesuai. Selanjutnya
melakukan pelacakan terhadap sebab-sebab turunnya ayat-ayat al-Quran dan
melengkapinya dengan penjelasan dari sunnah nabawiyyah. Langkah
berikutnya, memahami korelasi antar ayat dengan melakukan analisis berdasrkan
sunnah dan asbabun nuzul (sebab-sebab turunnya ayat).[1] Mengenai prinsip-prinsip penafsirannya sebagian besar
ayat ditafsirkan secara ijmali/global serta lebih menonjolkan ra’yu daripada
riwayat (baca: hadis nabi) sebgai penguat penafsiran/penjelasan
Contoh penafsiran
-Hak Kebebasan Mencari Suaka.[2]
Allah tidak mengahruskan
manusia bertemapt tinggal dalam satu lingkungan yang telah didiaminya. Tetapi
memberikan kebebasan bagi setiap manusia untuk berpindah-pindah umtuk
menentukan pilihan terbaik bagi hidup dan kehidupannya. Firman Allah :
إِنَّ الَّذِينَ تَوَفَّاهُمُ الْمَلَائِكَةُ ظَالِمِي
أَنْفُسِهِمْ قَالُوا فِيمَ كُنْتُمْ قَالُوا كُنَّا مُسْتَضْعَفِينَ فِي الْأَرْضِ
قَالُوا أَلَمْ تَكُنْ أَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةً فَتُهَاجِرُوا فِيهَا فَأُولَئِكَ
مَأْوَاهُمْ جَهَنَّمُ وَسَاءَتْ مَصِيرًا
Sesungguhnya
orang-orang yang diwafatkan malaikat dalam keadaan menganiaya diri sendiri,
kepada mereka malaikat bertanya: dalam keadaan bagaimana kamu ini?”. mereka
menjawab: “adalah kami orang-orang yang tertindas di negeri (Makkah)”. Para
malaikat berkata:”bukankah bumi Allah itu luas sehingga kamu dapat berhijrah di
bumi itu?”. Orang-orang itu tempatnya neraka jahannam, dan jahnnam itu
seburuk-buruk tempat kembali. (QS An-Nisa: 97)
Ayat
ini diturunkan dalam konteks umat masyarkat Islam Makkahyang diperintahkan
untuk berhijrah ke Madinah. Di mana perpindahan mereja merupakan kewajiban bagi
mereka, karena situasi Makkah sudah tidak kondusif bagi dakwah Islam. Allah
tidak menginginkan umat Islam tersiksa akibat penindasan masyarakat kafir
Makkah, maka Allah perintahkan untuk berhijrah.
Ayat
ini menunjukkan bahwa Allah tidak menginginkan seseorang tersiksa karena
keganasan lingkungannya. Tetapi memberikan kebebnesan untuk berpundah ke tempat
lain karena Allah telah menyediakan alam yang sangat luasuntuk dapat ditempati
oleh siapapun. Dalam ayat lain Allah mengecam mereka yang bertahan di suatu
tempat yang mereka tersiksa di dalamnya :
إِنَّمَا يَنْهَاكُمُ اللَّهُ عَنِ الَّذِينَ قَاتَلُوكُمْ
فِي الدِّينِ وَأَخْرَجُوكُمْ مِنْ دِيَارِكُمْ وَظَاهَرُوا عَلَى إِخْرَاجِكُمْ أَنْ
تَوَلَّوْهُمْ وَمَنْ يَتَوَلَّهُمْ فَأُولَئِكَ هُمُ الظَّالِمُونَ
Sesungguhnya Allah
hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangi kamu
karena agama dan mengusir kamu dari negerimu dan membantu (orang lain) untuk
mengusirmu, dan barang siapa menjadikan mereka kawan, maka mereka itulah
orang-orang yang dhalim (QS Al- Mumtahanah: 9)
Ayat
ini meberikan peringatan bagi manusia agar tidak berkawan dengan orang-orang
yang memerangi uamt Iaslam dan berusaha mengusir mereka. Dlam kondisi demikian
Uamat Isalam berhak untuk pindah ke tempat lain mencari tempat aman yang
terhindar dari kejahatan mereka. Karena pindah dari tempat satu ke tempat lain
dalm kondisi darurat merupakan perintah Allah, maka menerima kepindahan satu
kaum di wilayah manapun adalah wajib dan hak bagi mereka.
0 komentar:
Posting Komentar