Judul : Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial
Penulis : Andi Rosadisastra
Penerbit : AMZAH
Cetakan : Pertama, September 2007
Tebal : xx + 236 halaman
Sistematika metode tafsir ayat-ayat sains dan
sosial
A.
Konsepsi metode tafsir ayat-ayat sains dan sosial
Ungkapan
tafsir ayat-ayat sains dan sosial dapat diterjemahkan atau diistilahkan ke
dalam bahasa Arab dengan at-tafsir al-’ilmi yang fokus objek kajiannya
pada ayat-ayat ilmu pengetahuan, baik yang terkait dengan ilmu alam (sains)
atau ilmu sosial. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman atas hakikat dari objek
yang hendak dicari dengan menggunakan metode berpikir filsafat, yakni filsafat
ilmu yang diiringi dengan metode ilmiah untuk mewujudkan adanya kesesuaian
hasil ilmu yang diperoleh dengan kemaslahatan yang ingin dicapai.
Maka
yang harus diperhatikan didalam metode tafsir ayat-ayat sains dan sosial
mengungkapakan penjelasan, perincian, kemukjizatan, atau isyarat penemuan
ilmiah tentang segala macam bentuk ilmu pengetahuan terkait dengan ilmu
pengetahuan dan maslahat untuk kehidupan umat manusia dengan tetap berpegang
dan mengacu kepada nilai-nilai kebenaran eksak dan absolut al-Qur’an, sebagai
teks yang universal.
Jadi
untuk mengaplikasikan metode tafsir ayat-ayat sains dan sosial dituntut untuk
berpegang pada dua paradigma sekaligus, yaitu paradigma tafsir (dalam hal ini
tafsir al-Qur’an), dan paradigma ilmu pengetahuan.
B.
Metode-metode analisis tafsir ayat-ayat sains dan sosial
Metode analisis yang digunakan
dalam menafsirkan ayat-ayat sains dan sosial ada tiga, yaitu: metode semantik,
tematik, dan hermeneutik. Susunan tiga metode ini merupakan metode yang saling
melengkapi.
C. Prinsip-prinsip
analisis tafsir ayat-ayat sains dan sosial
Adapun beberapa prinsip dalam melakukan analisis terhadap ayat
al-Qur’an yang terkait dengan kajian physic science atau ilmu-ilmu alam
juga ilmu-ilmu social (social sciences)-nya adalah sebagai berikut:
1. Prinsip kesaan Allah dalam alam; menyadari
bahwa Tuhan tak terbatas dalam segala
hal dan ia melingkupi semua realitas alam. Sehingga alam adalah sebuah
keteraturan, kesatuan, dan koordinasi yang padu dan sistematis.
2. Keyakinan terhadap realitas dunia eksternal;
memahami adanya realitas-realitas lain yang berbeda dan tak bergantung dari
pikiran kita.
3. Keyakinan terhadap realitas sufrafisik dan
keterbatasan pengetahuan manusia.
Realitas sufrafisik: pertama, adanya
sesuatu yang tidak bisa diraih lewat panca indera. Kedua, adanya realitas
supranatural. Dengan demikian peneliti tidak membatasi aktivitas mentalnya pada
tingkat sensorik serta peneliti tidak berpikir bahwa ia telah memahami penuh
segala fenomena alam.
4. Memahami filsafat ilmu terkait atas
pembahasan yang sedang diteliti, baik ilmu alam dan ilmu sosial.
5. Isyarat-isyarat ilmiah yang terdapat pada ayat
al-Qur’an tidak termasuk untuk ayat-ayat yang berbicara secara langsung tentang
akidah/teologi (al-’aqaid), dan penetapan ibadah ritual.
6. Ayat-ayat ilmu pengetahuan yang terdapat
dalam al-Qur’an bertujuan supaya umat manusia dapat mempercayai adanya Allah
dan hendaknya para mufassir menentukan tema tertentu yang dihubungkan dengan
fenomena atau tema lain yang masih bersifat kauniyah. Sehingga diperoleh
pembahasan yang komprehensif, sesuai bidang ilmu yang terkait.
7. Isyarat
ilmiah dalam al-Qur’an bersifat umum dan universal.
8. Jika terjadi pertentangan antara dilalah
nash yang pasti dengan teori ilmiah, maka teori ini harus ditolak, karena nash
adalah wahyu dari Tuhan yang ilmunya mencakup segala sesuatu. Jika terjadi
kesesuaian antara keduanya maka nash merupakan pedoman atas kebenaran teori
tersebut. Dan jika nash tadi adalah tidak pasti dilalah-nya sedangkan
hakikatnya alam itu pasti, maka nash itu ditakwilkan.
0 komentar:
Posting Komentar