Rabu, 21 Agustus 2013

Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial



Judul       : Metode Tafsir Ayat-Ayat Sains dan Sosial
Penulis     : Andi Rosadisastra
Penerbit   : AMZAH
Cetakan   : Pertama, September 2007
Tebal       : xx + 236 halaman

Sistematika metode tafsir ayat-ayat sains dan sosial
A.   Konsepsi metode tafsir ayat-ayat sains dan sosial
            Ungkapan tafsir ayat-ayat sains dan sosial dapat diterjemahkan atau diistilahkan ke dalam bahasa Arab dengan at-tafsir al-’ilmi yang fokus objek kajiannya pada ayat-ayat ilmu pengetahuan, baik yang terkait dengan ilmu alam (sains) atau ilmu sosial. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman atas hakikat dari objek yang hendak dicari dengan menggunakan metode berpikir filsafat, yakni filsafat ilmu yang diiringi dengan metode ilmiah untuk mewujudkan adanya kesesuaian hasil ilmu yang diperoleh dengan kemaslahatan yang ingin dicapai.
            Maka yang harus diperhatikan didalam metode tafsir ayat-ayat sains dan sosial mengungkapakan penjelasan, perincian, kemukjizatan, atau isyarat penemuan ilmiah tentang segala macam bentuk ilmu pengetahuan terkait dengan ilmu pengetahuan dan maslahat untuk kehidupan umat manusia dengan tetap berpegang dan mengacu kepada nilai-nilai kebenaran eksak dan absolut al-Qur’an, sebagai teks yang universal.
            Jadi untuk mengaplikasikan metode tafsir ayat-ayat sains dan sosial dituntut untuk berpegang pada dua paradigma sekaligus, yaitu paradigma tafsir (dalam hal ini tafsir al-Qur’an), dan paradigma ilmu pengetahuan.
           
B.   Metode-metode analisis tafsir ayat-ayat sains dan sosial
Metode analisis yang digunakan dalam menafsirkan ayat-ayat sains dan sosial ada tiga, yaitu: metode semantik, tematik, dan hermeneutik. Susunan tiga metode ini merupakan metode yang saling melengkapi.
C.   Prinsip-prinsip analisis tafsir ayat-ayat sains dan sosial 
      Adapun beberapa prinsip dalam melakukan analisis terhadap ayat al-Qur’an yang terkait dengan kajian physic science atau ilmu-ilmu alam juga ilmu-ilmu social (social sciences)-nya adalah sebagai berikut:
1.  Prinsip kesaan Allah dalam alam; menyadari bahwa Tuhan tak terbatas dalam  segala hal dan ia melingkupi semua realitas alam. Sehingga alam adalah sebuah keteraturan, kesatuan, dan koordinasi yang padu dan sistematis.
2.  Keyakinan terhadap realitas dunia eksternal; memahami adanya realitas-realitas lain yang berbeda dan tak bergantung dari pikiran kita.
3.   Keyakinan terhadap realitas sufrafisik dan keterbatasan pengetahuan manusia.
      Realitas sufrafisik: pertama, adanya sesuatu yang tidak bisa diraih lewat panca  indera. Kedua, adanya realitas supranatural. Dengan demikian peneliti tidak membatasi aktivitas mentalnya pada tingkat sensorik serta peneliti tidak berpikir bahwa ia telah memahami penuh segala fenomena alam.
4.  Memahami filsafat ilmu terkait atas pembahasan yang sedang diteliti, baik ilmu alam dan ilmu sosial.
5.  Isyarat-isyarat ilmiah yang terdapat pada ayat al-Qur’an tidak termasuk untuk ayat-ayat yang berbicara secara langsung tentang akidah/teologi (al-’aqaid), dan penetapan ibadah ritual.
6.  Ayat-ayat ilmu pengetahuan yang terdapat dalam al-Qur’an bertujuan supaya umat manusia dapat mempercayai adanya Allah dan hendaknya para mufassir menentukan tema tertentu yang dihubungkan dengan fenomena atau tema lain yang masih bersifat kauniyah. Sehingga diperoleh pembahasan yang komprehensif, sesuai bidang ilmu yang terkait.
7.   Isyarat ilmiah dalam al-Qur’an bersifat umum dan universal.
8.  Jika terjadi pertentangan antara dilalah nash yang pasti dengan teori ilmiah, maka teori ini harus ditolak, karena nash adalah wahyu dari Tuhan yang ilmunya mencakup segala sesuatu. Jika terjadi kesesuaian antara keduanya maka nash merupakan pedoman atas kebenaran teori tersebut. Dan jika nash tadi adalah tidak pasti dilalah-nya sedangkan hakikatnya alam itu pasti, maka nash itu ditakwilkan.
     

0 komentar:

Posting Komentar

Social Icons