Selasa, 27 Agustus 2013

Semesta Berkata



Ada yang tak bisa kita sembunyikan pada alam sekitar. Ada yang diam-diam memperhatikan kita, setiap gerak-gerik kita ia cerna sebagai fenomena. Ia berkata dengan bahasa tubuh, bahasa yang dipahami oleh kita yang ingin memahami. Memperingati tanpa harus membenci, menasehati tanpa menggurui, hanya kepada pemahaman kita bahasa yang mereka sampaikan diurai kembali. Angin malam, senja, fajar, terik siang, debur ombak, Temaram bulan, lambai dedaunan, diamnya awan, birunya langit yang berbicara tapi tak bicara, berkata tapi tak berkata, melihat tapi tak melihat. Semua mereka lakukan dalam bahasa rahasia.
Angin

Angin begitu dekat dengan raga dan jiwa kita. Bagaimanapun ia sangat erat dengan denyut nadi, meraba setiap pori-pori, masuk dan menelusuri setiap sel-sel yang ada dalam tubuh kita. Angin sangat paham dengan tubuh kita, bahkan bahasa kita sendiri, sebab setiap detik banyak kata-kata yang ia sampaikan dari mulut satu ke mulut yang lain. Hanya dengan adanya dirinya, kita hidup, kita dianggap ada, kata-kata kita sampai pada tujuannya.
Angin pula yang menghidupkan pemandangan di sekitar kita. Mengajak daun-daun melambai, awan melayang-layang, ombak berbusa-busa dan menggulung ke tepian pantai. Angin yang baik hati senantiasa menjadikan kita sebagai sahabatnya.
Angin yang murka akan menyebabkan bencana. Kita terkadang tidak berpikir betapa bencana yang ia munculkan adalah representasi kekecewaan bahwa ia telah dikhianati oleh kita.

0 komentar:

Posting Komentar

Social Icons