Ada yang tak bisa
kita sembunyikan pada alam sekitar. Ada yang diam-diam memperhatikan kita,
setiap gerak-gerik kita ia cerna sebagai fenomena. Ia berkata dengan bahasa
tubuh, bahasa yang dipahami oleh kita yang ingin memahami. Memperingati tanpa
harus membenci, menasehati tanpa menggurui, hanya kepada pemahaman kita bahasa
yang mereka sampaikan diurai kembali. Angin malam, senja, fajar, terik siang,
debur ombak, Temaram bulan, lambai dedaunan, diamnya awan, birunya langit yang
berbicara tapi tak bicara, berkata tapi tak berkata, melihat tapi tak melihat.
Semua mereka lakukan dalam bahasa rahasia.
Angin
Angin begitu dekat
dengan raga dan jiwa kita. Bagaimanapun ia sangat erat dengan denyut nadi,
meraba setiap pori-pori, masuk dan menelusuri setiap sel-sel yang ada dalam
tubuh kita. Angin sangat paham dengan tubuh kita, bahkan bahasa kita sendiri,
sebab setiap detik banyak kata-kata yang ia sampaikan dari mulut satu ke mulut
yang lain. Hanya dengan adanya dirinya, kita hidup, kita dianggap ada,
kata-kata kita sampai pada tujuannya.
Angin pula yang
menghidupkan pemandangan di sekitar kita. Mengajak daun-daun melambai, awan
melayang-layang, ombak berbusa-busa dan menggulung ke tepian pantai. Angin yang
baik hati senantiasa menjadikan kita sebagai sahabatnya.
Angin yang murka
akan menyebabkan bencana. Kita terkadang tidak berpikir betapa bencana yang ia
munculkan adalah representasi kekecewaan bahwa ia telah dikhianati oleh kita.
0 komentar:
Posting Komentar