Rabu, 28 Agustus 2013

Matahari



Tidak ada yang sebaik Matahari. Dikelilingilah bumi dalam perputaran yang tiada akhir, menampilkan fajar, pagi, siang dan senja. Adakah yang ia lewatkan? Dari perjalanannya yang mempesona memberikan isyarat yang sempurna. Dengannya manusia pandai berkata-kata, pandai melihat dan bisa meraba. Tapi sayang, ia kadang ditinggalkan dalam lubuk renung yang kelam. Bagaimana bisa ia hanya disalahkan ketika mengumbar panas terik di siang hari, dihina karena sinarnya tak juga meredup. manusia merasa dipanggang di lapis bumi oleh sinarnya, namun ketika ia akan berpulang, kepulangannya selalu dinanti-nati. Manusia tersenyum melihatnya pergi, terbenam, tenggelam dalam dasar laut seraya berkata senja begitu indahnya.
Ketika pagi, ia harus berselisih dengan embun karena sinarnya bisa saja menghanguskan kesejukan embun pada ranting dan pucuk-pucuk daun. Berselisih dengan angin, siapa yang lebih dulu layak memberikan kecupan pada manusia. Tidak ada yang lebih baik dari matahari, karena sinarnya telah mengisyaratkan sebuah keikhlasan dalam sebuah perjalanan panjang dalam perputaran yang tiada akhir. Menampilkan keindahan-keindahan tanpa harus mengeluh meski perjalanan hanya berujung sia-sia.
Matahari, Matahari. Engkau pergi. Engkau Kembali.

0 komentar:

Posting Komentar

Social Icons