Semestinya
hari ini tidak ada lagi yang bisa aku ingat segala tentangmu. Tapi suara laut,
desah alam yang membuat ombak berbusa-busa semakin membuatku yakin bahwa engkau
tidak sepenuhnya pergi. Terkadang ombak yang menggulung diri ke tepian dan
menyentuh jemariku seakan memberi kabar bahwa engkau pun tak sepenuhnya
melupakanku. Entah siapa yang hendak disalahkan, aku atau kamu, yang pasti
diantara kita sama-sama mempunyai kenangan yang bisa saja akan menghantui kita
sekarang atau di masa akan datang.
Sampai
hari ini masih kuhafal sekali jejakmu yang membekas lewat senyuman, ciuman,
rayuan bahkan amarah yang sesekali membuatku kadang kebingungan. Yah, seperti
tayangan yang menyetel sendiri, bergerak maju dan secara slow motion memperlihatkanku
pada sebuah adegan-adegan yang seumpama kita lihat bersama akan mengundang
tawa. Namun, sesekali juga ada beberapa adegan yang membuat dadaku sesak, napas
tertahan-tahan, kiranya bisa menangis maka akan ada air mata setiap kali
tayangan itu kembali hadir kepadaku. Tapi, menangis bagiku sama saja dengan
mengais. Air mata hanya bisa membekaskan kesedihannya pada alam di sekitar
kita. Jangan sampai. Sebab jika alam menangis, kepada siapa aku menghibur diri.
Memang
apa yang telah kau lakukan bukan sebuah jawaban atas segala. Masa depan tidak
pasti sama dengan sekarang. Kenangan belum tentu beda. Tapi, begitulah
bagaimana alam berkata tanpa bisa kita paksa.
Engkau,
apa kabar di sana? Baik-baik saja?
Harapan
satu-satunya yang tersisa untukku hanya di seputar pertanyaan itu. Tidak lebih.
Barangkali ini pekerjaan sia-sia. Pertanyaan basa-basi dari sekian rindu yang
tak tertunai-tunai. Memikirkan hal itu hanya membuat sakit hati dan terkucilkan
dari perbincangan teman-teman. Mengapa semua harus benci? Apakah karena ia
hanya masa lalu dan kini telah menjadi kenangan kemudian harus dilupakan?Ah,
aku tidak setuju jika kenangan itu dilupakan atau ditinggalkan. Kita memang
harus move on tapi tidak begitu caranya. Melupakan masa lalu dan
kenangan sama seperti membunuh seorang guru yang telah mengajari kita
dasar-dasar dalam mengarungi samudera kehidupan. Kita harus menghafal,
mengolahnya dan menyimpannya baik-baik. Barangkali orang lain tidak tentu
mencatat sejarah hidup kita, oleh karenanya selagi kita bisa kenapa kita tidak
mencatatnya sendiri.
Termasuk
dirimu yang telah terlanjur kumasukkan dalam kisah perjalanan hidupku. Aku
tidak tahu apa yang Tuhan rencanakan untukku. Juga yang Tuhan rencanakan dengan
kebahagiaanmu saat ini. Aku nikmati saja. Aku nikmati setiap adegan-adegan
dalam tayangan itu dengan penuh seksama. Tanpa harus merasa bersalah dan
disalahkan. Aku ingin tahu seberapa rapuhnya aku saat itu, seberapa bahagianya
aku dan seberapa hebat dirimu yang telah membuatku sedih dan bahagia secara
bersamaan seperti detik ini.(DS/250813)
0 komentar:
Posting Komentar