Senin, 26 Agustus 2013

Memoria

Semestinya hari ini tidak ada lagi yang bisa aku ingat segala tentangmu. Tapi suara laut, desah alam yang membuat ombak berbusa-busa semakin membuatku yakin bahwa engkau tidak sepenuhnya pergi. Terkadang ombak yang menggulung diri ke tepian dan menyentuh jemariku seakan memberi kabar bahwa engkau pun tak sepenuhnya melupakanku. Entah siapa yang hendak disalahkan, aku atau kamu, yang pasti diantara kita sama-sama mempunyai kenangan yang bisa saja akan menghantui kita sekarang atau di masa akan datang.
Sampai hari ini masih kuhafal sekali jejakmu yang membekas lewat senyuman, ciuman, rayuan bahkan amarah yang sesekali membuatku kadang kebingungan. Yah, seperti tayangan yang menyetel sendiri, bergerak maju dan secara slow motion memperlihatkanku pada sebuah adegan-adegan yang seumpama kita lihat bersama akan mengundang tawa. Namun, sesekali juga ada beberapa adegan yang membuat dadaku sesak, napas tertahan-tahan, kiranya bisa menangis maka akan ada air mata setiap kali tayangan itu kembali hadir kepadaku. Tapi, menangis bagiku sama saja dengan mengais. Air mata hanya bisa membekaskan kesedihannya pada alam di sekitar kita. Jangan sampai. Sebab jika alam menangis, kepada siapa aku menghibur diri.
Memang apa yang telah kau lakukan bukan sebuah jawaban atas segala. Masa depan tidak pasti sama dengan sekarang. Kenangan belum tentu beda. Tapi, begitulah bagaimana alam berkata tanpa bisa kita paksa.
Engkau, apa kabar di sana? Baik-baik saja?
Harapan satu-satunya yang tersisa untukku hanya di seputar pertanyaan itu. Tidak lebih. Barangkali ini pekerjaan sia-sia. Pertanyaan basa-basi dari sekian rindu yang tak tertunai-tunai. Memikirkan hal itu hanya membuat sakit hati dan terkucilkan dari perbincangan teman-teman. Mengapa semua harus benci? Apakah karena ia hanya masa lalu dan kini telah menjadi kenangan kemudian harus dilupakan?Ah, aku tidak setuju jika kenangan itu dilupakan atau ditinggalkan. Kita memang harus move on tapi tidak begitu caranya. Melupakan masa lalu dan kenangan sama seperti membunuh seorang guru yang telah mengajari kita dasar-dasar dalam mengarungi samudera kehidupan. Kita harus menghafal, mengolahnya dan menyimpannya baik-baik. Barangkali orang lain tidak tentu mencatat sejarah hidup kita, oleh karenanya selagi kita bisa kenapa kita tidak mencatatnya sendiri.

Termasuk dirimu yang telah terlanjur kumasukkan dalam kisah perjalanan hidupku. Aku tidak tahu apa yang Tuhan rencanakan untukku. Juga yang Tuhan rencanakan dengan kebahagiaanmu saat ini. Aku nikmati saja. Aku nikmati setiap adegan-adegan dalam tayangan itu dengan penuh seksama. Tanpa harus merasa bersalah dan disalahkan. Aku ingin tahu seberapa rapuhnya aku saat itu, seberapa bahagianya aku dan seberapa hebat dirimu yang telah membuatku sedih dan bahagia secara bersamaan seperti detik ini.(DS/250813)

0 komentar:

Posting Komentar

Social Icons