Harus
kuakui kau memang setia. Ya, tepatnya memilih setia pada seseorang yang telah
kau pilih meski sekian banyak kekurangan yang terdapat padanya. Tidak ada yang
diduakan. Pertemuan kita bukanlah sebuah perselingkuhan tapi mendekati. Jika
saja kita tak membatasi komunikasi, sudah tentu kita akan kembali menjalani
hubungan seperti dulu lagi. Lebih baik berani memutuskan daripada mengulang
kesalahan yang sama. Tidak ada yang perlu disesalkan. Tidak ada yang perlu
disedihkan. Semula kita paham bahwa sejak saat itu, saat
pertemuan(kembali)pertama kita, cinta tak bisa kita paksakan. Kita hanya butuh
pintu yang terbuka baginya agar bisa menemukan dunianya di sana.
***
Aku
kira kau berharap banyak dariku. Tapi, malam ini, lewat pesan singkat yang kau
kirimkan padaku seakan sudah menegaskan bahwa tidak ada lagi cinta di antara
kita. Seperti ada yang menusuk-nusuk bagian dadaku perlahan. ada yang lebih
dingin dari sekedar diam. Entah karena cuaca atau apa, kabar darimu seakan
membawaku melayang tak sadarkan diri. Namun aku sadar, aku tidak boleh
menjatuhkan diri sendiri. Jalan cintaku tidak harus begini. Tapi bisa begini.
Dia sudah meminangku kemarin siang. Semoga kamu segera menemukan
pasangan juga. -Dee-
Pesan
singkat itu seperti bunyi pintu yang dihantam dan ditutup rapat-rapat. Kini
tidak ada celah dan kesempatan untuk semua harapan. Aku harus pulang. Aku harus
kembali ke duniaku dan menyelesaikan persoalan hidup yang lebih mengkekang dari
sekedar harapan buta. Semuanya sudah jelas bahwa cintaku bukan padamu. Itu
hampir pasti. Mungkin cintaku masih belia, masih sekolah TK atau barangkali
tidak ada. Aku tak mau berpikir banyak tentang cinta. Sudah banyak orang yang
gila kemudian mati karena cinta, aku tak mau masuk salah satunya.(DS/300813)
0 komentar:
Posting Komentar