Judul : Konsep Sabar
Dalam Al-Qur’an; Pendekatan Tafsir Tematik
Pengarang : M. Fajrul Munawwir
Penerbit : TH Press
Tempat terbit : Yogyakarta
Tahun terbit : 2005
Isi buku :-jumlah halaman : 112, -ukuran : 15x21 cm
-prinsip penafsiran :
Maksud dari judul buku ini adalah gambaran yang bersifat
umum dan komprehensif mengenai hakikat sabar menurut al-Qur’an.[1]
Pokok permasalahannya terfokus pada bagaimana al-Qur’an
berbicara tentang kesabaran dengan gambaran rinci sebagai berikt: pertama, bagaimana
hakikat sabar menurut al-Qur’an (tinjauan ontologi). Kedua, bagaimana
proses pelaksanaan sabar menurut al-Qur’an (tinjauan epistemologi). Ketiga, apa
manfaat perilaku sabar dalam kehidupan manusia menurut al-Qur’an (tinjauan
aksiologi).[2]
Untuk menjawab tiga sub bab masalah tersebut di atas
digunakan metode tafsir tematik dengan menghimpun sejumlah ayat-ayat terkait,
mensistemasikannya dalam pokok-pokok bahasan, mengurutkannya secara kronologis dalam
setiap satu pokok bahasan metode dengan pendekatan tekstual, linguistik,
sosio-historis, dan filsafat serta menggunakan analisis isi.[3]
Dalam proses selanjutnya, setelah ditemukan ayat-ayat
yang menjadi pokok bahasan, diambil ungkapan berupa kalimat, klausa, frasa atau
kata inti. Kemudian ungkapan tersebut dibahas berdasarkan analisis kebahasaan
atau dengan riwayat hadis yang relevan bila diperlukan, dilihat keterkaitannya
secara sistematis dalam ayat itu sendiri, atau keterkaitannya dengan ayat
sebelum dan sesudahnya, dan diperhatikan pula peristiwa-peristiwa yang melatarbelakangi
turunnya ayat, dan selama memungkinkan diupayakan mencari penafsiran langsung
dari ayat al-Qur’an atau hadis Nabi SAW. penyimpulan terhadap ayat yang dibahas
dilakukan secara induktif atau deduktif.[4]
-contoh penafsiran :
Di dalam al-Qur’an, pengungkapan term sabar menggunakan
berbagai macam bentuk isytiqaq. Dalam kaitannya dengan term tersebut,
al-Qur’an menggunakan lima kata isytiqaq, yaitu al-fi’il al-madhi (kata
kerja yang menunjukkan waktu lampau) sebanyak 22 kali tanpa memperhatikan dhamir
yang menyertai setiap kata, al-fi’il al-mudhari’ (kata kerja yang
menunjukkan waktu saat ini, sedang berlangsung atau akan berlangsung) sebanyak
11 kali tanpa memperhatikan kata ganti yang menyertai setiap kata, al-fi’il
al-amr (kata kerja yang menunjukkan perintah) sebanyak 29 kali tanpa
memperhatikan kata ganti yang menyertai setiap kata, ism al-fa’il (pelaku)
sebanyak 26 kali, ism al-mashdar (invinitif) sebanyak 14 kali.[5]
Contoh penafsiran dari term sabar dalam al-fi’il
al-amr,[6]
yaitu membawa informasi bahwa satu tempat yang ditunjukkan, bersifat sebagai
peringatan sebelum hal itu benar-benar terjadi, sebab jika hal itu sampai
terjadi maka kesabaran yang diupayakan akan sia-sia. Sebagaimana firman Allah
dalam QS. al-Thur: 16:
$ydöqn=ô¹$# (#ÿrçÉ9ô¹$$sù ÷rr& w (#rçÉ9óÁs? íä!#uqy öNä3øn=tæ ( $yJ¯RÎ) tb÷rtøgéB $tB óOçGYä. tbqè=yJ÷ès? ÇÊÏÈ
Artinya:Masukklah kamu ke dalamnya (rasakanlah panas apinya); Maka baik
kamu bersabar atau tidak, sama saja bagimu; kamu diberi balasan terhadap apa
yang Telah kamu kerjakan.
Kesabaran yang digambarkan dalam ayat di atas adalah
kesabaran yang diupayakan tidak pada tempatnya yaitu di akhirat sehingga tidak
dapat merubah dan mempengaruhi amal kebaikan dan keburukan sewaktu di dunia.
Term sabar yang diungkapkan dengan menggunakan al-fi’il
al-amr tidak seluruhnya mengandung perintah bersabar. Dalam satu tempat hal
tersebut memberi pengertian perintah berketetapan (al-tsubut).
Sebagaimana firman Allah dalam QS. Sad: 6:
t,n=sÜR$#ur _|yJø9$# öNåk÷]ÏB Èbr& (#qà±øB$# (#rçÉ9ô¹$#ur #n?tã ö/ä3ÏGygÏ9#uä ( ¨bÎ) #x»yd ÖäóÓy´s9 ß#tã ÇÏÈ
Artinya:Dan pergilah pemimpin-pemimpin mereka (seraya berkata):
"Pergilah kamu dan tetaplah (menyembah) tuhan-tuhanmu, Sesungguhnya Ini
benar-benar suatu hal yang dikehendaki.
Kata kerja “ishbiru” tersebut diartikan dengan “itsbitu
fi al-ta’abbud”. Tetaplah (menyembah). Hal tersebut tetap tidak
menghilangkan jiwa sabar di dalamnya. Oleh sebab itu jika diselaraskan dengan
arti sabar maka bermakna tetaplah bersabar dalam menyembah Tuhan (perspektif
orang kafir: berhala). Dan dalam QS. Maryam: 65:
>§ ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $tBur $yJåks]÷t/ çnôç7ôã$$sù ÷É9sÜô¹$#ur ¾ÏmÏ?y»t6ÏèÏ9 4 ö@yd ÞOn=÷ès? ¼çms9 $wÏJy ÇÏÎÈ
Artinya:Tuhan (yang menguasai) langit dan bumi dan apa-apa yang ada di
antara keduanya, Maka sembahlah dia dan berteguh hatilah dalam beribadat
kepada-Nya. apakah kamu mengetahui ada seorang yang sama dengan dia (yang patut
disembah)?
Dalam ungkapan ayat di atas, kata “ishtabir”
berasal dari kata “sabar” dengan mendapat tambahan “alif” pada fa
fi’ilnya dan ta pada ‘ain fi’ilnya yang cenderung pada arti
“berteguh hati” meski karakter dan unsur kesabaran di sini juga tidak dapat
terlepas dalam rangka berteguh hati.
Term sabar yang diugkap dengan menggunakan al-fi’il
al-amr memberi informasi bahwa pada sebagian ayatnya setelah adanya
perintah bersabar diikuti dengan konsekwensi-konsekwensi berupa balasan (jaza’)
kepada hamba-Nya yang bersabar. Firman Allah dalam QS. Hud: 115
÷É9ô¹$#ur ¨bÎ*sù ©!$# w ßìÅÒã tô_r& tûüÏZÅ¡ósßJø9$# ÇÊÊÎÈ
Artinya: Dan bersabarlah, Karena Sesungguhnya Allah tiada menyia-nyiakan
pahala orang-orang yang berbuat kebaikan.
[1] M.
Fajlur Munawwir, Konsep Sabar dalam al-Qur’an; Pendekatan Tafsir Tematik, (Yogyakarta:
TH Press, 2005), hlm. 11
[2] M.
Fajlur Munawwir, Konsep Sabar dalam al-Qur’an; Pendekatan Tafsir Tematik....
hlm. v
[3] M.
Fajlur Munawwir, Konsep Sabar dalam al-Qur’an; Pendekatan Tafsir Tematik....
hlm. vi
[4] M.
Fajlur Munawwir, Konsep Sabar dalam al-Qur’an; Pendekatan Tafsir Tematik....
hlm. vi
[6] M.
Fajlur Munawwir, Konsep Sabar dalam al-Qur’an; Pendekatan Tafsir Tematik....
hlm. 30-32
0 komentar:
Posting Komentar