Judul
Buku : Feminisme dalam Kajian Tafsir
al Qur'an Klasik dan Kontemporer.
Penulis : Drs. H. Yunahar Ilyas, Lc., M.A.
Volume : 164 halaman.
Penerbit : Pustaka Pelajar, Yogyakarta.
Cetakan : Pertama, Januari 1997.
Buku dengan judul Feminisme dalam
Kajian Tafsir al Qur'an Klasik dan Kontemporer ini berasal dari tesis yang diajukan ke
Program Pasca Sarjana IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta sebagai salah satu syarat
guna memperoleh gelar Magister dalam Ilmu Agama Islam (Aqidah dan Filsafat)
pada tahun 1996. Tesis dengan judul asli Isu-Isu Feminisme dalam Tinjauan
Tafsir al Qur'an; Studi Kritis terhadap Pemikiran Para Mufassir dan Feminis
Muslim tentang Perempuan ini mencoba mengungkap secara rinci pemikiran para
mufassir dan feminis muslim tentang ayat-ayat yang berkaitan dengan konsep
penciptaan perempuan, konsep kepemimpinan dalam rumah tangga dan beberapa
persoalan hukum yang terkesan diskriminatif terhadap perempuan. Beliau mengutip
penafsiran dari al Zamakhsyari, al Alusi, dan Said Hawa sebagai perwakilan dari
tokoh mufassir bi ar ra'yi dari tiga zaman yang berbeda. Sedangkan
Ashgar Ali Engineer, Riffat Hasan, dan Amina Wadud Muhsin sebagai perwakilan
dari tokoh feminis muslim.
Analisis tersebut dilakukan untuk
mengetahui bagaimana konsep dan kesetaraan laki-laki dan perempuan menurut para
mufassir dan feminis muslim. Kalau terjadi perbedaan, apakah penyebabanya.
Apakah karena perbedaan metodologi atau akibat bias-bias tertentu. Misalnya
akibat bias pandangan patriakhi masyarakat dalam kasus para mufassir
atau bias feminisme dalam kasus feminis muslim tersebut. Buku yang terdiri dari
lima bab ini,
memaparkan beberapa isu kontroversial mengenai perempuan. Keunggulan utama dari
buku ini adalah gaya
pemaparannya yang sistematis dimulai dari pengertian al Qur'an dan feminisme,
pemikiran para mufassir dan feminis muslim terhadap beberapa kasus, dilanjutkan
oleh analisis dari Drs. Yunahar terhadap pemikiran-pemikiran tersebut sehingga
mudah dipahami oleh para pembacanya.
Menurut
analisis yang dilakukan oleh Yunahar Ilyas, perbedaan penafsiran antara para
mufassir dan feminis Muslim terjadi disebabkan oleh latar belakang pemikiran
masing-masing. Para feminis Muslim menafsirkan
ayat-ayat al Qur'an dengan perspektif feminisme, sementara para mufassir tidak
melakukan hal yang sama. Dan mereka juga berbeda dalam menilai kualitas hadis
sebagai bayan al Qur'an. Contohnya dalam menialai hadis tentang Hawa
diciptakan dari tulang rusuk Adam yang diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim.[1] Para mufassir yakin benar bahwa Hawa diciptakan dari
tulang rusuk Adam karena secara eksplisit hadis menyebutkan begitu. Berbeda
dengan para tokoh feminis yang meragukan hadis tersebut. Menurut mereka, semua
hadis tentang penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam adalah lemah, baik dari
segi sanad maupun matan. Dari segi sanad, empat orang perawinya didhaifkan
oleh adz Dzahabi. Dari segi matan bertentangan degnan al Qur'an karena
mengandung elemen-elemen misoginik yang bertentangan dengan konsep penciptaan
manusia fi ahsani taqwim. Di sampnig itu, Riffat mengakui tidak dapat
memahami relevansi statemen bahwa bagian tulang rusuk yang paling bengkok
adalah yang bagian atas. Cerita tentang penciptaan Hawa dari tulang rusuk Adam
tidak lebih dari dongeng-dongeng Genesis 2 yang pernah masuk ke dalam tradisi Islam
melalui asimilasinya dalam kepustakaan hadis.
Penelitian
Yunahar Ilyas ini bagaimanapun juga telah memberikan sumbangan penting bagi
sebuah diskusi kontroversial yang memfokuskan pada isu-isu feminisme. Sehingga
kehadiran buku ini sungguh perlu diapresiasi.
[1] "Saling
berpesanlah untuk berbuat baik kepada perempuan, karena mereka diciptakan dari
tulang rusuk. Sesungguhnya tulang rusuk yang paling bengkok adalah yang paling
atasnya. Kalau engkau luruskan tulang yang bengkok itu, engkau akan mematahkannya,
(tapi) kalau engkau biarkan, dia akan tetap bengkok." (H.R.
Bukhari-Muslim)
0 komentar:
Posting Komentar