Rumah besar cerah di desa itu kini tersenyum lagi. lepas kepergian salah satu penghuninya rumah itu seakan sedih, suram lampunya mengekspresikan rasa kesepiannya. Bunga melati di depan pagar yang selama ini tak kunjung mekar, kini terlihat segar. Seakan tahu akan kembalinya penghuni yang dicintainya, mereka berbenah diri menyambut kedatangannya. Rumah Abah Aly tak lagi menampakkan kesedihan.
Mobil kijang keluaran tahun 1997 berhenti di depan pagar. Satu persatu penumpangnya pun keluar. Hafidz pertama kali yang keluar kemudian Norin menyusul turun dari Mobil. Norin melepaskan gerahnya dengan menggerak-gerakkan leher dan mengangkat tangannya tinggi melebihi bahu. Lama juga mereka berada di atas kendaraan, di tempat duduk yang sempit, terkadang kaki harus dihimpit kecil ketika ada orang yang menumpang duduk karena kelelahan berdiri di dalam bus.
Akhirnya…..bisa menghirup udara segar desa!!!!!!Norin berselirih keras sambil menghirup udara segar dalam-dalam.
Ayo, cepat masuk! Sudah malam. Suruh Abah Aly pada Norin dan Hafidz.
Di depan pintu sang Ummi beserta adik-adik Norin berdiri menyambut kedatangan mereka. Dari jauh Ummi mmelontarkkan senyum keceriaan, senang melihat anaknya pulang dari kota orang. Adik-adik Norin yang masih kecil tertawa ria, senyum imut seorang anak kecil yang menggemaskan. Norin bersalaman terlebih dahulu kepada Umminya kemudian memeluk erat tubuh Sang Ummi.
Ummi….Norin kangen banget sama Ummi. Kata norin pada Umminya
Ummi juga, ummi selalu ingat sama ananda setiap waktu. Umminya berkata seraya mengusap halus kepala Norin dengan penuh kkasiih sayang.
Norin berpindah memeluk kedua adiknya. Dicubitinya pipi sang adik, dipeluknya seakan dia bertahun-tahun meninggalkan mereka.
Acara penyambutan telah usai. Abah Aly sekeluarga beserta Hafidz masuk rumah. Norin langsung menuju sofa panjang di ruang tamu. Abah Aly membawa tas mereka ke dalam kamar. Ummi mempersilahkan kepada hafidz.
Jangan malu-malu. Kayak di rumah orang lain aja fidz. Ucap ummi pada hafidz
Enggeh Ummi. Hafidz mengangguk dengan wajah sopan.
Melihat tingkah hafidz yang tak seperti biasanya, Norin tersenyum sendiri.
Eh fidz…biasa aja , kayak sowan ke kyai aja. Ucap Norin
hahahahahaha
Belum sempat hafidz menanggapi ucapannya, Norin berkata lagi pada hafidz.
Kalau mau langsung istirahat, di kamar aja. Pasti kamu kecapekan.
Iya udah,.,aku istirahat duluan yah rin. Pegel semua nih badanku. Ucap hafidz.
Hafidz segera menuju kamar yang disediakan oleh orang tua Norin. Dia kelelahan setelah berjam-jam duduk di atas kendaraan. Hafidz minta izin kepada Ummi yang sedang membawa minuman.
Ummi, saya istirahat duluan. Aku Sudah tidak kuat lagi, Geh Umi?
Gak minum dulu fidz?Tanya Ummi
Mata ini tidak dapat dikompromi lagi kayaknya mi….ucap hafidz pada Ummi.
Owh, ya sudah sana istirahat! Suruh Ummi
Ummi lanjut melangkahkan kaki hendak memberikan minuman kepada Norin. Di ruang tamu, tampak Norin sedang berbincang-bincang dengan abahnya.
Gimana nduk?kerasan khan disana?tanya Ummi memotong pembicaraan mereka
Awalnya sih nggak mi, tapi sekarang sudah kerasan. Jawab Norin
Alhamdulillah, syukurlah kalau begitu.
tak lama mereka berbincang-bincang di ruang tamu. Noorin bercerita semua penngalamannya di jogja sana. Abah dan Umminya setia mendengar apa yang ia ceritakan. Mereka senang melihat anaknya kerasan tinggal di jogja. Kadang, di waktu Norin sedang bercerita pengalamnnya, umminya membumbui dengan pertanyaan-pertanyaan konyol. Sontak mereka pun tertawa karena pertanyaan yang disuguhkan Ummi.
Nak, rencananya kapan kamu mau ke pondok?tanya Ummi.
Insyaallah minggu depan mi. jawab Norin
Ya sudah, sekarang kamu istirahat gih. Suruh ummi pada Norin.
Ya ummi,.,Norin tidur dulu yah.
Ummi mengecup kening Norin sebelum berangkat hendak ke kamarnya.
************************************************************************
Norin Merasakan hawa yang taka sing lagi ketika tiba di gerbang masuk pesantren. Udara yang selama ini dia rindukan. Suasana yang mengingatkannya akan sejuta rangkai kenangan. Dia lihat kanan kiri, mengarahkan pandangannya kepada suasana di kelilingnya. Tersenyum, Norin melihat beberapa santri berjalan menenteng kitab kuning di tangannya. Bayangan ketika ia masih menjadi siswa sekaligus santri di pesantren itu hadir dalam benaknya. Pesantrennya tak jauh beda keadaannya ketika ia masih disana. Asri, sejuknya pohon cemara tak lah beda.
Norin……………..suara keras menyapanya dari jauh.
Hai, Dina Apa kabar??
Ternyata suara itu adalah suara Dina, sahabatnya yang melanjutkan di pesantren. Mereka pun bersua dalam kerinduan lalu berpelukan. Ekspresi sepasang sahabat yang lama tak bertemu. Sulit menghubungi satu sama lain karena terhalang oleh jarak dan waktu.
Ayo ke kamarku rin. Ucap dina
Ayuk…
Norin pun digiring ke kamar Dina yang terletak disamping musholla, tepatnya di komplek D. Biasanya komplek itu memang dihuni oleh mahasiswa. Setibanya di sana, mereka pun saling melepas rindu. Lama tak bertemu membuat acara kunjungan Norin semakin seru. Dina bertanya ini itu seputar jogja kepada Norin. Norin pun tak keberatan menceritakan pengalamannya selama ia berada di jogja. Suasana menjadi ramai dan semakin seru ketika Teman-teman Norin yang lain berdatangan. Tatkala mereka tahu bahwa Norin ada dipondok, langsung saja mereka menuju ke kamar Dina. Kamar dina gaduh karena setiap orang hendak berbicara.
************************************************************************
Paginya, Norin duduk di kamar Dina setelah mengikuti pengajian rutin pagi di pesantren. Dina pamit kepadanya untuk ditinggal sebentar. Maklum, dina harus mengajar di komplek lain. Biasanya santri yang sudah mmenjadi mahasiswa dimintai tolng oleh pengurus pesantren untuk mengajar. Tak lama, dina pun datang.
Rin, abis ini ikut aku yak ke kampus? Ajak Dina.
Ke kampus?tanya Norin setengah heran.
Iya
Aduh, gak usah din, aku di sini saja. Tolak norin.
Masak kamu sendirian disini Rin?
Iya, gak apa apa kok. Tanggap Norin
Ikut lah rin, aku malah ngerasa gak enak kalau membiarkan kamu sendirian, sekalian bertmu teman-teman yang lain di sana, gimana? Ikut yah! Paksa Dina
Norin menolak ajakan dina bukan karena alasan. Kalau dia ke kampus takutnya dia ketemu dengan Aly. Padahal, dia belum siap untuk bertemu dengannya. Tapi, karena permintaan temannya dengan nada memelas, ia pun mengiyakan ajakan Dina.
Ya sudah, aku ikut, tapi jangan ditinggal yah. Ucap Norin.
Tenang sobat….aku tidak akan meninggalkanmu merana disana.
Sok manis kamu Din. Norin mencubit tangan Dina.
************************************************************************
Norin!!!
Hai…..sahut Norin
Teman-teman norin memanggil. Baru saja ia menyelesaikan langkah kakinya dari tangga terakhir. Sapaan teman-temannya sedikit membuatnya kaget. Kangen juga rasanya setelah sekian lama tak berjumpa. Ternyata mereka tak berubah, tetap hangat dan Nampak akrab.
Kapan datang? Salah satu dari mereka menanyakan Norin.
Sudah lama, sekitaran satu mingguan lah. Jawab Norin.
Kok baru sekarang sih ke pondok? Lanjut temannya itu.
Masih melepas kangen dulu sama keluarga. Kalian gimana kabarnya? Norin balik menanyakan kabar mereka.
Seperti yang kamu lihat sekarang. Teman-teman baik semua kok rin. Tau gak kita itu kangen banget sama kamu. Gak ada kabar sih. Zulfa, salah satu dari mereka bertanya.
Kalian kan dipondok, gimana aku bisa ngubungin kamu. Jawab Norin.
Hnmnm…iya juga sih. Jawab mereka bersamaan.
Dari tangga Nampak seseorang menapak langkah dengan wajah menunduk. Ditangannya terdapat beberapa buku ditenteng. Sedangkan Norin dan teman-temannya masih asik berbincang-bincang di dekat tangga. Kedatangan sosok itu tak tertangkap pandangan mereka. Orang itu terus berjalan menuju kelas. Dialah aly, dia tidak tahu kalau diantara mereka yang berkumpul ada sosok Norin, perempuan yang datang tiap malam menghantuinya. Norin pun begitu, keasikannya berbincang-bincang dengan teman-temannya tak mengetahui pula siapa sosok yang berjalan itu.
Aly………..!!!salah seorang teman norin memanggilnya.
Hei…sahut Aly
Kesini Al. da yang pengen ketemu nih sama kamu.goda Zaki
werrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr
angin kencang berdesir dalam diri Norin. Jantungnya berdegup kencang tak karuan. Norin yang sedaritadi tidak tahu bahwa yang mereka maksud adalah Maz Ali-nya sontak terkejut dan terlihat kikuk ketika nama itu terdengar.
(kenapa harus sekarang? Aku belum siap menemuinya.) hati Norin bergejolak. Memberontak namun tak mampu. Kini sosok itu semakin mendekat. Ia hanya terdiam dalam kebingungannya.
Aly berjalan untuk bermaksud menghampiri mereka. Tapi tiba-tiba ia hentikan langkahnya, diam mematung. Jarak mereka tak lagi jauh, hanya satu langkah lagi. matanya memandang tak mendelik. Ya, ali melihat sosok Norin disana, makanya ia hentikan langkahnya. Terpaku dalam kebisuan, terkatup kata tuk satu sapaan. Aly tetap tertegun, wajahnya merah. Angin pagi tak lagi segar, baginya hawa terasa panas menggerahkan.
Aku kesana saja ya Zak. Aly berkata pada Zaki, yang memanggilnya tadi.
Aly membalikkan badan lalu kembali melangkahkan kaki menuju ruang. Tapi Zaki cepat menghadangnya. Temannya hanya terdiam melihat Aly dan Zaki. Sedangkan Norin menunduk tak berani mendongakkan kepalanya.
Al!temuilah Norin meski sebentar. Kasihan tuh. Ucap Zaki.
Mungkin kapan-kapan Al. tidak untuk sekarang. Ucap Aly
Tak ada waktu lagi. kini saatnya untuk dijelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Ucap Zaki meyakinkan Aly.
Disana, norin terdiam. Hatinya berkata untuk segera menemuinya tapi kakinya enggan untuk melangkah. Berat rasanya untuk mengangkat, menghampiri orang yang selama ini ia rindukan. Tak dinyana matanya meneteskan air mata menahan gejolak dalam hatinya. Namun Akhirnya, ia beranikan diri untuk langkahkan kaki.
(kapan lagi aku bisa bertemu dengannya dan menjelaskan semuanya. Jika tidak sekarang, maka aku akan terus menderita ) hati Norin berkata.
Kemudian Norin selangkah demi selangkah mendekati Aly dengan Wajah tertunduk. Tak tahan ia tuk berkata apa yang selama ini ia pendam.
Maz…
Aly tak menjawab sapaannya. Ia tetap menunduk sesekali mendesah, melepas nafas yang sedaritadi tertahan di dada.
Apa kabar maz?Norin berucap dengan nada berat.
Baik. Simple dan tak banyak kata yang Aly keluarkan.
(Ya Allah, sedemikian bencinya ia kepadaku sehingga untuk menjawabpun hanya dengan satu kata ). Norin berkata dalam hati.
Sebegitu beratnya kamu menjawab pertanyaanku mas. Seberapa besarkah salahku padamu mas? Norin memelas. Wajahnya kini tak tampak ceria lagi.
Gak ada yang salah kok. Jawab Aly acuh.
Terus kenapa kamu berusaha menghindar hanya untuk menemuiku. Seakan najis tuk melihat, seakan hina tuk berucap kepadaku.
Aku ada kuliah sekarang.
Tak bisakah kamu menyempatkan waktumu sejenak denganku mas? Norin berkata setengah berteriak. Suaranya menggema seisi kampus. Teman-temannya hanya tertegun, diam tanpa kata. Hanya Zaki memberanikan diri untuk menghampiri mereka. Dia berpikir mereka harus berbicara empat mata dalam satu ruang.
Al!!ikut aku!. Katanya sambil menarik tangan Aly ke dalam sebuah ruang.
Aly pun manut saja. Masuklah ali ke salah satu ruangan. Setelah membawa Aly ke ruang tersebut lalu ia memanggil Norin yang berdiri menangis terisak-isak.
Rin.sekarang jelaskan semua padanya. Jangan kuatir, aku yang akan menjaga pintu ruangannya. Bisik Zaki .
Norin mengangguk perlahan. Ia pun menyusul Aly yang sudah ada disana.
Di dalam ruang
Mas..mungkin aku tak pantas lagi disini, dihadapanmu. Memang aku salah tapi tolong untuk sekali ini saja. Dengarkan penjelasanku. Ucap Norin sambil menangis tersedu.
Aly membalikkan badannya. Sekarang mereka berhadap-hadapan langsung empat mata. Tak ada yang membelakangi satu sama lain.
Apalagi yang harus dijelaskan dek. Semuanya sudah jelas. Ucap Aly bernada keras.
Apa yang kamu pikirkan tentangku tak selamanya benar mas. Aku masih sayang sama kamu mas. Dengan terpatah-patah Norin mulai membuka penjelasannya kepadgalkaa Aly.
Aly: Masih sayang? Dengan meninggalkanku begitu saja kamu bilang sayang dek? Apa kamu tidak merasa apa yang aku rasakan waktu itu, berat, sakit. Kamu tahu itu.
Norin: aku pergi hanya untuk sementara dan kini aku datang kembali padamu mas.
Aly: pergi dengan meninggalkan kata yang menyayat hati, tak memberikan sedikit kabar saat kamu disana. Apa itu tandanya kamu masih sayang.
Norin diam. Memori ingatannya menilisik jejak-jejak masa lalu. Ia mengingat kembali pertemuan terakhirnya dengan Aly. Yah, kini ia pun ingat. Ketika itu Ia sempat mengatakan kepada Aly. .,.,.“Kalau memang keadaan ini membuat kamu tersiksa. Kamu boleh kok mas mencari yang lain.”ternyata apa yang ia katakan waktu itu sangat melukai hati Ali sampai aly bersikap seperti itu kepadanya.
Norin: atas perkataanku waktu itu aku minta maaf mas.
Aly: sebegitu mudahnya kamu berkata maaf sedangkan aku, aku harus melewati masa suramku. Mas tak kan tahu bagaimana ekspresi adek ketika melihat keadaan mas waktu itu. Mungkin akan tertawa atau tersenyum sinis kepada mas. Menganggap ma situ orang gila.
Norin: adek gak sejahat yang kamu pikir mas. Tentang perkataanku itu, kata-kata itu meluncur begitu saja. Aku hanya tidak ingin mas tersiksa karena kepergianku. Lebih baik aku melepaskan mas untuk mencari yang lain daripada menunggu adek sekian lama.
Aly: dan ternyata, adek bisa lihat kan sekarang. Asal kamu tahu dek. Mas sayang sama kamu. Meskipun adek meneruskan diluar sana. Rasa sayang mas tidak akan hilang begitu saja. Sulit untuk melepaskanmu dek.
Norin menangis, dan kini semakin keras tangisannya. Apa yang tidak ia ketahui selama .ini jelaslah sudah. Apa yang ia anggap baik tak selamanya baik kepada Aly. Ia tidak tahu bahwa Aly sangat menyayanginya dan tak merasa keberatan jika ditinggalkan untuk sementara saja. Ia menangis dan terus menangis.
Angin yang sedari tadi berhembus tiba-tiba berhenti perlahan. Ruangan itu sepi membisu bagaikan tak ada kehidupan. hanya isak tangis Norin yang terdengar. Duduk tertunduk, Norin tak tahu apa yang harus ia katakan sekarang. Hanya tetesan air mata dan nafas sesak yang terlihat. Tak satu katapun yang berani ia katakan.
Lama terdiam, sunyi sepi suasana ruangan. Warna cat putih buram semakin menambah suasana kesedihan. Bangku-bangku yang berjejeran tak dapat ikut campur. Mereka hanya bisa diam menjadi saksi bisu peristiwa antara dua insan yang terhanyut kesedihan.
Norin: Maafkan aku mas. Aku tak tahu kalau semuanya akan seperti ini.
Aly: tak ada yang perlu dimaafkan dek. Semua yang sudah berlalu, biarlah berlalu.
Lalu Aly melanjutkan
Ya sudah dek, kakak harus masuk kelas. kakak hanya ingin menyampaikan satu hal padamu dek.
Bahwa Siang tetaplah siang. Nantinya Malam kan datang dengan keindahan seribu cahaya bersonar. Tapi jangan sangka semua malam kan tiba dengan keindahan sinar benderang, terkadang ia kan datang dengan kegelapan saja tanpa bulan dan bintang yang bersinar. Bahkan, malam kan terasa menyeramkan dengan suara halilintar serta derasnya hujan.
Assalamu’alaikum!!!!
Tak sempat Norin bertanya, Aly pergi pergi meninggalkannya, meninnggalkan seribu Tanya. Seisi ruangan pun penasaran, mencari jawaban apa yang Aly tadi katakan. Norin pun keluar dari ruangan dengan sejuta pikiran. Wajahnya yang kini lebam karena menangis mulai tadi tampak kebingungan. Pikirannya tak dapat menjawab apa maksud dari apa yang Aly katakan. Perasaannya tak karuan.
Tanpa nama, tanpa daftar menu. Kota-kota berangkat tua
Dalam batinku. Namun senyummu abadi seperti sebaris
Sajak Po Chu-I, senja yang kusimpan dalam ingatan
Kini lapuk dan berlumut. Tetap saja sukar kubedakan
Keajaiban dongeng dan kepiluan masa silam. Ketika waktu
Berhenti, kukenang kembali airmatamu yang menari:
Disitu senja yang tak terlupakan diciptakan. Dan Cinta.
(Cuplikan puisi Cecep Syamsul Hari yang berjudul Episode terakhir dari kenangan)
0 komentar:
Posting Komentar