Akankah kau setia?
Bahwa cinta memang buta. Ia tak tahu tentang
jarak dan waktu. Betapa manusia dideranya dengan kuntum-kuntum rindu. Dan segala
menjadi gagu, menjadi sepasang tabu. Kisah ini bisa fiktif belaka, bisa jadi
nyata bagi kalian yang mempunyai kisah yang sama.
Aku tak lagi bisa memandang wajahnya lagi.
Lepas kepergiaannya ke kota nan jauh membuat suasana hati terasa sepi. Tak ada
lagi gelak tawa lepas yang biasa ku dengar tiap kali ku bertemu dengannya.
Pengumuman beasiswa itu serasa telah merenggut dirinya dariku. Tapi, aku pun
tidak boleh egois, itu pun juga demi kebaikan dia.
Norin , biasa orang-orang memanggil dirinya
memutuskan untuk ikut ujian beasiswa di salah satu perguruan tinggi di
jawa tengah, tepatnya Jogjakarta. Ia tertarik dengan tawaran beasiswa itu waktu
hafid temannya membawakan pengumuman beasiswa itu dari kampusnya. Hafid salah
seorang teman dekatnya yang meneruskan di Jogjakarta, perguruan tinggi
yang nantinya akan menjadi kampus Norin jika ia lolos seleksi beasiswa
tersebut.
Sebelumnya, Norin melanjutkan di Perguruan Tinggi
Agama Islam Nurul Huda, tempat ia mondok dan sekolah menengah pertama(SMP) dan
atas(SMA). Nah, ketika itu aku bisa bertemu dengannya walaupun tidak tiap hari.
Aku baru bisa melihat dan bicara dengannya apabila ada waktu kuliah.
Maklum, pondok tempat aku mencari ilmu membatasi pertemuan antara
Santri putra dengan santri putri.mkanya, waktu kita bertemu pun ikut terbatas.
Itu pun secara sembunyi sembunyi.
Siang itu, kampus nampak ramai. Sepertinya ada
acara di aula kampus, entah acara apa yang di adakan . aku bukan tipe orang
yang senang dengan acara seperti itu. Aku berangkat ke kampus hari itu karena
ada jam mata kuliah. Sebelum berangkat, aku berharap semoga bisa bertemu Norin.
Lama tak jumpa dengannya di kampus. Tiba-tiba, selesai kuliah Ia
menghampiriku. Sepertinya ada yang ingin dia bicarakan denganku. Betul, ia
menghampiriku dengan wajah menunduk.
Norin memanggilku,
Maz Aly……
Dek,.,kemana aja kok gak pernah keliatan? Tanyaku
Aku pulang mas ke rumah. Ada sesuatu yang harus
di urus. Jawab Norin lirih
Ada urusan,,apaan dek???tanyaku
Kebetulan, maksud adek menemui mas ingin
membicarakan ini. Norin menanggapi pertanyaanku.
Kemarin, waktu libur ramadhan, hafid main ke
rumahku. Dia membawa sebuah amplop. Setelah aku buka, ternyata isinya
pengumuman beasiswa di salah satu perguruan tinggi di Jogjakarta. siti
menghentikan bicaranya lalu mengambil nafas dalam-dalam.
Truz…..pintaku padanya untuk meneruskan
ceritanya.
Katanya dia mau nitip kertas pengumuman itu sama
aku, biar dibawa ke pondok. Waktu itu aku baca isi pengumuman itu, beasiswa
yang ditawarkan lumayan mas. Setelah hafid pergi, aku kasih amplop itu sama
bapak dan ibu. Setelah membaca pengumuman itu, ibu menyuruhku untuk ikut beasiswa
itu. Katanya biar mengurangi beban orang tua. Nah, setelah ku piker-pikir benar
juga apa yang di katakana ibu dan bapak.
Lantas,kamu mutuskan untuk ikut seleksi
beasiswa itu?tanyaku.
Norin menjawa sambil menundukkan kepala…..
Iya mas…..
Pikiranku kalut,.,.setelah mendengarkan apa yang
dikatakan norin tadi sore. Benar-benar sangat membuatku kacau. Memang ini belum
tentu terjadi, akan tetapi jika memang hal ini yang harus terjadi, maka aku
harus siap-siap ditinggalkannya. Hari-hari di kampus akan terasa tak bergairah
jika tidak ada Norin.
************************************************************************
Langit mendung menyelimuti kawasan Situbondo dan
sekitarnya. Angin kian tak bersahabat, kencang menguap mengalir hingga
meruntuhkan dedaunan. Pohon kelapa ikut bergoyang mengikuti arah mata angin.
Akarnya yang kokoh berusaha menahannya agar batang yang menjulang tinggi itu
tidak roboh. Pagi itu serasa mencekam. Debu yang berhamburan karena tiupan
angin membuat seragam para santri yang hendak berangkat sekolah kusam. Cuaca
buruk tidak lantas kegiatan belajar mengajar terganggu. Sekolah tetap msuk dan
kegiatan berjalan seperti biasanya.
Para santri baik putra maupun putri terlihat
hilir mudik di sepanjang jalan pesantren. Dengan mengenakan baju seragam serta
beberapa buku pelajaran di tangannya . Suasana seperti itu biasa dan menjadi
p[emandangan sehari-hari. Melihat pemandangan seperti itu, aku ingat akan
kenangan semasa masih duduk di bangku SMA. Berangkat pagi dengan seragam
seadanya, buku pelajaran bertumpuk menjadi barang bawaan sehari-hari.
Jarum jam menunjukkan angka jam 09.00. aku
bergegas dari dudukku, hari itu ada kuliah. Setelah membersihkan muka,
aku berangkat ke kampus . kampus terlihat lengang, sepi. Sedikit mahasiswa yang
datang ke kampus waktu itu. Lama menunggu di depan kelas, dosen pengampu kuliah
tak juga datang, mungkin yang bersangkutan lagi malas untuk mengisi hari ini.
Bosan sendirian, aku pun menghampiri teman-temanku yang sedari tadi berceloteh
membuat suasana gaduh.
Tak lama, terdengar suara perempuan memanggil.
Mas………..
Ku tolehkan kepala, ternyata Norin memanggilku.
Aku menghampirinya.
Aku dan norin memilih sisi kanan emperan kampus
untuk tempat berbincang.
Mas………….
Ada apa dek….?????tanyaku.
Tadi sore aku dapat telpon panggilan dari kantor
pesantren. Ternyata ibu yang menelpon aku.
Owh,.,terus apa katanya????aku
menanggapinya dengan pertanyaan
Ibu memberi tahuku.,.,.,.,.,.,
Suara Norin terhenti.
Apa dek?tentang beasiswa itu. Tanyaku
Iya mas. Kata ibu, tadi hafid menelpon orang
rumah, dia bil;ang katanya aku lulus seleksi beasiswa yang kemarin itu.
Norin melanjutkan penjelasannya.
Terus katanya orang rumah setuju semua kalau
aku nerusin di sana. Tapi itu sih terserah aku juga, kalau aku memang ingin
mengambil beasiswa itu, bapak siap mengurus administrasi pondok untuk aku
berhenti.
Owh.,.terus keputusan kamu mau ngambil
beasiswa itu atau gak??tanyaku dengan nada lemas menahan sesak di dada.
Suasana berubah hening, tak ada kata tak suara.
Norin tak menjawab pertanyaanku. Sepatahpun ia tak berbicara. Ia hanya menunduk
sambil tersedu. Namun, kemudian ia mendongakkan kepala. Aku lihat matanya
berkaca-kaca. Sepertinya ada air mata yang tertahan di kelopak matanya . Aku
pun mengulang pertanyaanku.
Terus kamu mau ngambil atau gak dek?
Kembali ia menundukkan kepala. Seakan ada sesuatu
yang berat hingga membuatnya tak berdaya untuk menjawab pertanyaanku. Aku hanya
bisa diam dan menunggu apa yang akan dikatakannya. Diam membisu.
IYA./. suara Norin memecahkan
suasana hening.
Mendengar jawabannya hati bergemuruh. Darah
mendesir cepat melewati sendi-sendi. Degup jantung kian kencang tak teratur.
Pikiranku melayang, tak terasa mataku dipenuhi dengan air mata meski tak sampai
jatuh ke tanah. Satu kata dari Norin membuatku lemas tak berdaya, apa nantinya
jika aku harus berpisah dengannya. Satu kata yang ia katakan bagaikan bom detik
yang sedari tadi menancap di dada. Kini, Bom itu meledak, menghancurkan hatiku
dan pikiranku. Namun, aku tak ingin orang yang aku sayangi tahu akan
kesedihanku. Segera ku usap air mataku lalu ku dongakkan kepala. Ku atur
nafasku perlahan sebelum aku berkata, agar tak salah berkata kemudian membuat
Norin sedih.
Wah, bagus dek, itu keputusan yang tepat.
Kesempatan yang seperti ini jarang-jarang lho didapat oleh orang lain. Berarti
kamu memang the best dech. Aku berusaha merangkai kata sedemikian rupa
dan membumbuinya dengan senyuman walau itu harus ku lakukan dengan terpaksa.
Kamu gak keberatan dengan keputusanku ini
mas????pertanyaan yang meluncur dari bibir manis Norin.
Enggak dek,.,.,.,.,justru mas bangga sama
kamu karena berhsil lulus seleksi beasiswa ini.
Dalam hati, aku berkata
Alangkah munafiknya diriku ini, padahal aku
sangat terpukul dengan keputusannya. Tapi, biarlah dia menentukan. Mungkin ini
jalan kesuksesannya.
Mas,.,.,.mas aly,.,.,
Ya dek.,..,.aku terperangah dari lamunanku.
Mas,.,tempat aku kuliah nanti sangat jauh.
Dan itu tidak memungkinkan kita unutk bertemu seperti hari-hari sebelumnya.
Siti berucap kepadaku
Iya dek.,.,.,tanggap aku.
Kalau memang keadaan ini membuat kamu
tersiksa. Kamu boleh kok mas mencari yang lain.
Duaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaarrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrrr!!!!!!!!!!!!!!!!!!
Kini, mataku tak lagi dapat menahan air mata.
Jantungku berdetak kencang sekencang suara kaki kuda bertapal yang
berlari. Lemas,..,.lidah tak kuat bergerak, mengangkat kepala pun ku tak
mampu,.,.diam tanpa kata. Kata-kata Norin membuatku lemas tak berdaya. Aku
hanya bisa menundukkan kepala. Hanya samar ku dengar, isakan tangis Norin yang
berirama di gendang telinga.
Ya dah mas,.,mungkin besok lusa aku berangkat
ke jogja. Ini menjadi pertemuan terakhir kita. Assalamu’alaikum. Baik-baik di
sini ya mas.
Setelah mengucapkan kata-kata itu, siti kemudian
pergi tanpa ku sadari. Ia berlari dengan isakan tangis. Berlalu dari menuruni
tangga.
Wa’alaikumussalam……….aku hanya dapat
menjawab salamnya.
Sadar, ku lihat kampus lengang tak ada orang. Tak
lagi terdengar ramainya celoteh teman-teman. Dengan berat ku melangkahkan kaki.
Kembali ke Asrama dengan hati hancur dan mulut membisu.
Sore itu menjadi sore yang buruk bagiku.
Pertemuanku dengan Norin membuahkan sedih berlarut dalam hatiku. Tak ada lagi
semangat. Sesampainya di Asrama ku langsung duduk, ototku lemas tak kuat
berjalan. Pikiran melayang…
Norin, mengapa kau berkata begitu?
Teganya dirimu. Bukankah kamu tahu kalau aku
sangat menyayangimu.
Aku tidak akan meninggalkanmu walau kini jarak
dan waktu menghalangiku tuk bertemu denganmu.
Ku sulutkan sebatang rokok. Sepulan asap keluar
dari mulutku, ku isap dalam-dalam asap rokok itu. Ku jadikan kau korban
kekesalanku.
AHeh…..
ku setengah tersenyum saat mengingat kejadian
yang baru saja terjadi. Siang dan malamku, kala itu ku habiskan dengan mengisap
rokok, duduk, terlentang, berdiri, lalu duduk lagi. Entah mengapa hati ini
begitu risau. Kamarku bagai pabrik, penuh asap dan bau rokok menyesakkan dada.
Karena pengaruh nikotin yang terkandung dari batang-batang rokok yang ku hisap,
aku pun terlelap.
**********************************************************************>>>>>>>>>>>_/|
Pagi menjelang, matahari menampakkan sinarnya.
Hangat terasa menyentuh tubuh ku yang kaku. Masuk ke sela-sela kamarku
yang kusam. Mataku dibuat melek karenanya karena tak kuat menerima
sinarnya. Ku terbangun, dan sadar kalau semleman aku tak bangun dan melewatkan
kewajiban sholatku. Ku lewati fajar dan tinggalkan shubuh, dosaku….padahal itu
kewajiban.
Hari sabtu, hari itu aku sadar kalau ada waktu
kuliah, tapi entah kenapa tubuhku terasa lemas. Perut mual keroncongan karena
mulai kemarin lusa tak diisi makanan sedikitpun. Setelah kejadian sore itu, tak
ada lagi semangat hidup dalam diriku. Tak terbersit sedikitpun tuk berangkat ke
kampus dalam benakku. Kuputuskan untuk tidak berangkat kuliah, ku
sia-siakan waktuku hanya dnegan merokok.merokok dan merokok. Korban
kesedihanku.
Ku dengar kabar kalau Norin sudah berangkat ke
jogja. Tadi pagi ia berangkat bersama dengan bapaknya. Meninggalkanku sendiri
tanpa kabar atau pun secarik kertas yang membawa kabarnya. Setelah
kepergiannya ke kota Jogjakarta, aku tak pernah masuk kuliah, pikirku….
Buat apa lagi aku kuliah, kalau Norin tak ku
temui di kelas.
Selama satu bulan, aku menyiksa diriku dengan
batang-batang beracun. Tak ku acuhkan lagi kesehatan, tak ku pikirkan lagi
pendidikan. Pikiran terus melayang terbang…….tak tentu arah. Kejadian sore itu
selalu menghantui ku, dan itu semakin memperparah keadaanku. Hamper sebulan ku
lalui masa-masa yang memuakkan
Norin,.,
Andai kau tahu
Bahwa aku sangat menyayangimu
Aku tak ingin berpisah denganmu
Jangan kau siksa diriku dengan cintamu
Sampaikan sedikit kabar tentang keadaanmu
Dari jogja, nan jauh di sana,.,
Tahukah kamu…
Bahwa itu kan jadi obat penenang hatiku.,.,.,
Jogjakarta, 15januari 2011
01:44
0 komentar:
Posting Komentar