Jumat, 16 Agustus 2013

3



Panas-panasan demi Misi kemanusiaan 
Siti menengguk segelas es jeruk pesanannya. Hari ini terasa panas, dia mengalami dehidrasi setelah seharian berdiri di tengah teriknya matahari, tegak mendongak dengan wajah sopan di antara mobil yang hulu halang di jalan raya. Mengharap uluran tangan dari para dermawan . Tepat di lampu merah perempatan Mangli, ia bersama kawan-kawannya yang tergabung  dalam organisasi ekstrakurikuler kampus yang mengadakan penggalangan dana untuk para korban merapi dan Mentawai. Berbaur di tengah aktifitas jalan raya yang lumayan padatnya.
Memang, pasca terjadinya bencana di Mentawai dan meletusnya Gunung teraktif se-dunia, Merapi, banyak dari berbagai Ormas maupun Organisasi-organisasi lain menunjukkan kepeduliaannya untuk memberikan bantuan  di beberapa daerah di Indonesia untuk membantu para korban bencana. Bencana yang terjadi di dua daerah di negeri ini menewaskan banyak korban. Selain itu juga, rusaknya beberapa fasilitas umum serta hancurnya tempat tinggal masyarakat  setempat membuat situasi semakin memprihatinkan. Dunia dibuat terkejut dengan tejadinya bencana yang terjadi negeri ini. saat itu mata dunia tertuju kepada mentawai dan merapi. Baik dalam negeri maupun luar negeri, semua orang bersimpati untuk membantu dengan bentuk pertolongan yang bermacam-macam. Terlebih di kalangan Mahasiswa, bencana ini seakan menjadi panggilan tuhan untuk menolong terhadap sesama. Maka dari itu, mayoritas Mahasiswa yang tidak dapat menyumbangkan bantuan dalam bentuk materi, mereka berpatisipasi aktif dalam upaya penggalangan dana. Mereka menunjukkan empatinya dengan tampaknya peluh yang tertetes dari wajah yang penuh semangat kemanusiaan.
Siti yang notabene Mahasiswa di salah satu PT di jember sekaligus aktif di salah satu organisasi ekstra ikut bergabung dalam bantuan kemanusiaaan itu. Wajah cantiknya tak lagi ia urusi. Jika setiap harinya dipoles dengan bedak serta tubuhnya yang wangi, saat itu dia tidak lagi memperhatikan itu semua, demi misi kemanusiaan dia rela membasahi tubuhnya dengan tetesan peluh.
''Berapa bu?''ujar siti kepada ibu penjual nasi dengan penuh kepuasan.
Ibu penjual: ''dua ribu ndok.''
Setelah memberikan dua lembar uang pecahan seribu kemudian ia bergegas pergi meninggalkan tempat makan itu menuju pondoknya. Selama ini ia tinggal di  salah satu Pondok yang jaraknya tidak terlalu jauh dengan kampus. Hal itu tidak lain karena keinginan Orang tuanya yang tidak ingin anaknya itu berada d lingkungan yang pergaulannya bebas.
Tak lama ia melangkahkan kakinya, pondok sudah tampak di depan mata. Siti langsung masuk gerbang dan buru-buru masuk kamar.  Hari sudah mulai malam, saatnya untuk membersihkan diri setelah seharian berkutat dengan debu dan polusi di jalan.
Sesampainya di kamar,teman sekamarnya yang bernama Ana menyapa, gimana ti?lancar kan?
Alhamdulillah lancar, hari ini sudah terkumpul dana sekitar dua juta lebih.
Ana:''wah,banyak juga ti.''
Siti:''lumayanlah tapi ini masih belum cukup. Kebutuhan para korban bencana Merapi sangat banyak.''
''Besok, aku harus stand by lagi di perempatan an.''
''Ya, kalau dua juta mana cukup buat beli kebutuhan korban na, kamu ini ada-ada ja. ujar Siti
''Ya kalau kamu besok harus stand by lagi, gpp. Kapan lagi jadi polisi lalu lintas and penjaga lampu merah kalau gak sekarang ti....''ucap ana ngeledekin siti. Diteruskan dengan tawa Ana yang keras.
Hahahahaha..........
''Kamu ini an, misi kemanusiaan ini tahu, kalau  gak bukan karena ingin menolong,mana mau aku panas-panas an di tengah jalan yang polusinya minta ampun,''
''Amit amit dech....siti berkata sambil tangannya merogoh anduk.''
''Haha, iya juga yah,eman-eman ni kulit......''ucap Ana dengan nada sinis
''Kamu ini an............y dah ku mandi dulu yah, bau nih badan seharian keringetan.''
Ana; ''pantesan dari tadi kok da bau –bau giman gitcuh,,,,,,,,,,''

Siti:''baumu kali ntuh an...................''
Hahahahahahahahahahaha
Serentak mereka tertawa bersama. Sebuah bentuk  canda sesama sahabat.
Siti pun cepat-cepat  masuk kamar mandi biar si Ana tidak ngatain yg aneh-aneh lagi.
Siti mengenal Ana sejak  masih belajar di pondok pesisir sana, pertemanan antara mereka terjalin begitu dekat hingga di antara mereka seperti  saudara. Tak lama siti keluar dari kamar mandi dengan mengusapkan handuk ke kepalanya agar rambutny yang basah cepat kering. Dari corongan masjid terdengar suara adzan, menandakan waktunya untuk shalat berjamaah. Siti mempercpat gerakan ganti bajunya.
''Sitiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiii.............cepet!dah hampir iqomah ni. Entar absen lagi loh...''

Terdengar suara teriakan keras ana memanggil siti agar cepat keluar.
''Iya ya....bentar, gak sabaran amat sich itu orang''.gumam siti sambil bergegas menyusul Ana yang udah menunggunya di luar.
Allahu akbar2x
Asyhadu'an laa ilaaha ill allah
Wa'asyhadu anna muhammadan rasulullah
Hayya 'ala ash-shalah2x
Hayya 'ala al-falah
Qad qaamati ash-shalah2x
Allahu akbar2x
Laa ilaaha illa allah
Para jamaah Masjid satu persatu turun. Setelah melaksanakan shalat Maghrib bersama-sama, dilanjutkan dengan dzikir kalimah ilahi, doa menjadi penutup acara shalat berjamaah. Di pimpin oleh seseorang yang dipercayai pengasuh pondok, para jama’ah memanjatkan doa kepada Allah SWT. Terlihat Siti dan Ana keluar dari masjid dengan mukena yang masih dipakai setengah badan. Dari jauh, mereka seperti ngobro ringan sambil berjalan menuju asrama. Asrama puteri ramai dengan para santriwati yang sedang melakukan aktifitasnya masing-masing. Dari sebagian mereka, Nampak berkumpul memperbincangkan sesuatu, ada juga yang bersiap-siap keluar cari makan. Lain lagi dengan Siti, selepasnya dari shalat berjama’ah dia langsung menatap lemarinya, berantakan. Pikir siti. Tangan siti membuka lemarinya, mengamati sejenak semua isi yang dalam lemarinya. Lemari yang terbuat dari kayu berbentuk sederhana. Cukup lah buat menyipan baju dan tumpukan buku. Mata Siti menatap satu persatu barang-barangnya,.,.
”Masih baik, gak ada yang rusak.....buku-buku masih lengkap”. Siti bergumam sembari membolak balik buku yang baru ia dapat seminggu yang lalu.
Setelah puas melihat, pikirannya langsung menyetrum tangannya untuk segera menata ulang lemarinya. Dimulai dari rak buku, siti Mengeluarkan semua isi bukunya dari lemari. Satu persatu dari sekian banyak buku ia letakkan kembali, buku-buku itu ia letakkan berdiri dengan tujuan agar judul buku dapat dijangkau oleh mata apabila suatu saat ingin membacanya. Sejak Siti melanjutkan pendidikannya di jenjang perkuliahannya. Sedikit demi sedikit, Ia  muai gemar membaca buku-buku ilmiah. Kegemaran membacanya sudah tumbuh ketika ia masih duduk di bangku SMP. Saat ia melanjutkan di SMA Pondok di pesisir sana, kegemarannya dalam membaca tidak hilang. Siti menggemari Novel sebagai bahan bacaannya. Menurut dia, Novel adalah bacaan yang ringan tapi terkadang juga menggugah.
Tak disadari, pekerjaannya merapikan lemari sudah hampir selesai. Tiba-tiba
Crtrctrtctrtcctrt.................
Perut Siti berbunyi, tandanya ia sudah saatnya diisi makanan.
Wooooooooooooooi.....
“Ah , kamu an.,.bikin kaget ja...”siti terkejut dengan kedatangan Ana secara tiba-tiba.
“Makan yuuukz, laper ne perut. Dari tadi demo terus.” Ucap Ana dengan wajah merayu.
“Kebetulan an....aku juga laper”.siti menjawab ajakan Ana.
“Makanya, Ayuk cepetan............”Ana menarik tangan Siti.
“Ya ya,., dasar gak sabaran.!”

0 komentar:

Posting Komentar

Social Icons