Jumat, 20 September 2013

Senja

Wahai wajah yang pasi. lihatlah daku yang datang dari kerajaan cakrawala. Dari atas singgasana, aku berangkat dengan mengemban sejuta luka manusia. Kisah apakah yang akan kau ceritakan? Telinga akan mendengar, mataku akan menatap setiap kesedihan yang kau isyaratkan. Aku datang dengan wajah yang menenangkan. Nafasku kedamaian. Mataku adalah kenangan. Simpan, simpanlah!sampai air mata tak dapat kau tahan.
Kebahagiaan apakah yang kau rasakan?Kisahkan padaku! lewat senyum dedaun dari dedahan. Kesedihankah yang kau resahkan pada angin pantai yang menjelma kemerahan. adakah tubuhku mampu mendekap sunyimu. Oh Hati yang gersang. Bukanlah kesunyian yang menderamu. Bukan pula kesepian yang kau rasakan hingga membuatmu sedih kepalang, tapi keputusasaanmu memaknai hidup yang begitu riskan. Pahamilah bahasaku, bahasa yang tak lebih dari sekedar diam.
Air mata apapula yang kau jatuhkan? Adakah yang lebih menyedihkan dari sekedar kepasrahanmu mengarungi hidup. sedang hidup tidak hanya tentang kebahagiaan yang gagal kau dapatkan. singkaplah tabir kesenanganmu, maka kau akan melihat betapa kebahagiaan sejatinya ada pada sisi-sisi tersempit dalam kehidupan. Tersimpan di balik danau yang airnya adalah air mata. yang tepinya dihiasi oleh bongkahan hati-hati yang terluka.
Cecapkan apa yang tak kuucapkan. Renungkan apa yang kusimpan dalam diam. sebab keindahan yang sesungguhnya hanya ada pada setiap sesuatu yang dirahasiakan. Bahasanya adalah diam. Kata-kata hanya bisa kau pahami dengan perasaan. Jangan kau ucapkan sepatah katapun ketika kau terluka oleh cinta. Cinta telah membuat perasaanmu membabi buta.
Jika kau pasrah, maka kemudian hadapkan wajahmu ke ujung sana. tempat aku memutuskan pergi, membawa sejuta kisah yang kau titipkan. yang kemudian akan kembali esok sebagai kenangan. Akulah senja, peri yang diutus dari kerajaan cakrawala. Kisahkan, kenanglah apa yang patut kau kenang. Dengan Bahasaku, Bahasa Kenangan.

0 komentar:

Posting Komentar

Social Icons