Jumat, 16 Agustus 2013

Husein Haikal dan kajiannya terhadap Hadis



A.    PEDAHULUAN
Hegemoni pemikiran orientalis dalam dunia Islam sudah sangat kuat, dimana mereka sekehendak hati mengutak-atik dan memutarbalikkan fakta sehingga dengan sendirinya mampu menimbulkan keraguan dalam diri kaum Muslimin akan ajaran agamanya. Keadaan ini sangat mengkhawatirkan. Apalagi setelah diketahui bahwa para cendekiawan muslim pun, yang seharusnya mampu menahan dan mengamankan keadaan ini, ternyata malah terpesona dan terpengaruh pemikiran mereka. Generasi intelektual muslim pun mengalami apa yang dinamakan kejumudan serta kekerdilan berpikir. Mereka kemudian menilai Islam dari luar, bukan dari kacamatanya sendiri sebagai orang dalam, orang Islam.
            Kemudian di tengah-tengah masa yang suram tersebut, muncullah para pemikir Islam modern, seperti M. Abduh dan Rasyid Ridha yang mendobrak semua itu. Mereka menawarkan pembaharuan, tajdid dan rekonstruksi, dimana mereka menjadikan sikap kritis sebagai dasar dari semua itu. Banyak pemikir setelahnya yang terinspirasi oleh pemikiran mereka ini, termasuk salah satunya M. Hussein Haekal, pengacara dan penulis berbagai karya monumental, sekaligus pemikir terkemuka dari Mesir.
            Pada makalah ini kita akan membahas tentang karya Hussen Haikal yang berjudul Hayat Muhammad ; Dari Perkawinan Sampai Masa Kerasulannya.
B.     Pemikiran Husen Haikal
Dalam pembahasan kali ini, bab yang akan dijelaskan oleh pemakalah adalah bab ke-4 dari buku Hayat Muhammad karya Hussen Haikal. Bab ini membahas tentang kehidupan rasul “Dari Perkawinan Sampai Masa Kerasulannya” bab empat ini mempunyai 14 sub bab yang menjelaskan secara jelas mengenai kejadian-kejadian yang dialami rasul mulai dari perkawinan sampai masa kerasulan. Sub bab tersebut antara adalah :
1.      Perawakan dan sifat-sifat Muhammad
2.      Penduduk Mekah membangun Ka'bah kembali.
3.      Merombak dan membangun ka’bah.
4.      Keputusan Muhammad tentang Hajar Aswad
5.      Jatuhnya kekuasaan di Mekah dan pengaruhnya.
6.      Pemikir-pemikir Quraisy dan paganism.
7.      Putera-puteri Muhammad.
8.      Perkawinan putra-putrinya.
9.      Menjauhi dosa ke Gua Hira
10.  Kecenderungan Muhammad menyendiri.
11.  Mencari kebenaran.
12.  Mimpi Hakiki.
13.  Wahyu pertama.
14.  Khadijah lambang ketulusan.

Pemakalah kali ini akan meringkas penjelasan Hussen Haikal tentang kehidupan rasul dari  perkawinan sampai masa kerasulan berdasarkan 14 sub bab tersebut. Pembahasan dengan cara ini akan memudahkan untuk menganalisa secara kronologis terhadap objek kejadians secara tahapan.
1.      Perwakan dan sifat-sifat Muhammad.
Perawakan merupakan bentuk fisik yang dapat dilihat dengan mata (eksternal), sedangkan sifat merupakan bentuk perilaku yang dapat dilihat berdasarkan penilaian tindakan (internal).
v  Perawakan : dalam menjelaskan tentang bentuk fisik nabi Hussen menjelaskan dengan rinci dan rasional bagaimana bentuk nabi. Dengan perawakan sebagai mana yang digambarkan Hussen Haikal  nabi merupakan manusia yang normal secara fisik sebagaimana manusia lain, walaupun nabi tidak berbeda dengan yang bukan nabi dari dhahirnya, akan tetapi nabi merupakan pribadi yang menjadi yang menjadi primadona baik dari perawakan maupun perangainya. Pemakalah hanya ingin menggambarkan bahwa orang yang pertama kali melihat nabi pun akan tahu, bahwa  orang bijaksanaan nabi  terlihat dari bentuk fisik nabi.
“Paras mukanya manis dan indah, Perawakannya sedang, tidak terlampau tinggi, juga tidak pendek, dengan bentuk kepala yang besar, berambut hitam sekali antara keriting dan lurus. Dahinya lebar dan rata di atas sepasang alis yang lengkung lebat dan bertaut, sepasang matanya lebar dan hitam, di tepi-tepi putih matanya agak ke merah-merahan, tampak lebih menarik dan kuat: pandangan matanya tajam, dengan bulu-mata yang hitam-pekat. Hidungnya halus dan merata dengan barisan gigi yang bercelah-celah. Cambangnya lebar sekali, berleher panjang dan indah. Dadanya lebar dengan kedua bahu yang bidang. Warna kulitnya terang dan jernih dengan kedua telapak tangan dan kakinya yang tebal. Bila berjalan badannya agak condong kedepan, melangkah cepat-cepat dan pasti. Air mukanya membayangkan renungan dan penuh pikiran, pandangan matanya menunjukkan kewibawaan, membuat orang patuh kepadanya.”
v  Sifat –sifat rasul : - Sangat rendah hati - Bila ada yang mengajaknya bicara ia mendengarkan dengan seksama- Bicaranya sedikit sekali, lebih banyak ia mendengarkan. - Bila bicara selalu bersungguh-sungguh.- apa yang dikatakannya tidak pernah dusta.- Murah senyum.- Bukan seorang yang pemarah. - Lapang dada - Berkemauan baik dan menghargai orang lain. - Bijaksana, murah hati dan mudah bergaul. Orang yang memiliki tujuan hidup mempunyai, tujuan yang pasti, berkemauan keras, tegas dan tak pernah ragu-ragu dalam tujuannya.
2.      Penduduk Mekah membangun Ka'bah kembali, merombak dan membangun ka’bah (renovasi).
Ini merupakan gabuangan antara sub bab 2 dan 3. Dalam menjelaskan tentang renovasi ka’bah hussen haikal menerangkan bahwa masyarakat Arab pada awalnya takut akan terkena bencana jika sampai mengubah ka’bah, hal ini disebabkan mitos yang telah lama berkembang di Arab. Selain ka’bah sebagai bangunan yang disucikan dan diyakini sebagai rumah para dewa. Oaring yang memberanikan untuk mengawali perbaikan ka’bah adalah Walid bin Mughirah yang kemudian meminta bantuan dengan ahli bangunan berkebangsaan romawi yang bernama baqum.[1] Ka’bah merupakan bangunan yang diagungkan oleh seluruh orang mekah pada waktu itu terutama suku-suku yang bermukim disekitarnya, sehingga bangunan ini memperoleh perhatian dari seluruh suku – suku arab dalam proses renovasi tersebut. Nabi sebagai anggota dari suku yang ada di mekah turut serta dalam proses renovasi ini sedangkan usia beliau menginjak 10 tahun setelah pernikahan yaitu 35 tahun.
3.      Keputusan Muhammad Tentang Hajar Aswad.
Ketika renovasi telah mencapai pada bagian akhir sampailah pada pengembalian bagian terpenting dari bangunan ka’bah, Hajar Aswad merupakan bagian termulia dari ka’bah yang ketika itu jatuh akibat banjir yang melanda mekah. Merupakan kehormatan untuk dapat memasangnya kembali pada tempat sediakala. Perselisihan siapakah yang pantas mendapatkan kehormatan ini sebagian suku-suku berebut untuk mendapatkan tugas ini sampai rela menumpahkan darah demi kehormatan ini. Akhirnya terdiamlah pertengkaran antar suku ini ketika orang yang tertua diantara mereka memberi keputusan bahwa hak untuk ini diserahkan kepada orang yang pertama kali masuk pintu safa yang tidak lain adalah Muhammad. Mereka mempercayakan kepada Muhammad dengan seruan Al-Amin.  Sampai nabi memutuskan untuk menyatukan dengan cara yang bijak sana.
Ketika penduduk arab tahu bahwa rang yang memasuki pintu safa adalah Muhammad mereka menyerukan kata Al-amin. Hai ini menunjukan bahwa nabi bersosiali secara baik dengan masyarakat pada waktu itu sehingga masyarakat mempercayainya bahwa Muhammad bias membrikan soslusi.
4. Jatuhnya kekuasaan di Mekah dan pengaruhnya.

               Dari pemaparan Hussen Haikal tentang model kepemimpinan diarab (dipegang oleh seorang pemuka tokoh), kita dapat mengetahui bahwa ketika masa ayahnya, dan kakeknya kepemimpinan masih memegang kuat dan memiliki pengearuh yang sangat besar dalam setiap pemutusan permasalahan dikalangan mereka. Meninggalnya Qusai, hasyim, dan Abdul-Muthalib nampaknya mengakhiri model kepemimpinan ini, sehingga munculah dominasi pemimpin dari setiap suku, yang hal ini tidak terjadi dimasa Abdul-Muthalib karena dia menjadi pemimpin yang dapat diterima setiap suku yang ada di Mekkah. Adanya                La’aqat ad-dam dan menyerahkan keputusan kepada orang yang pertama kali masuk melalui pintu Safa merupakan bukti akan tidak adany pemimpin yang yang mempunyai pengaruh yang dapat diterima setiap suku arab sebagaiman pada masanya hasyim, Abdul-Muthalib, dan Qusai.

5.  Pemikir-pemikir Quraisy dan paganism.

Kehidupan arab yang kental dengan penyembahan terhadap berhala selama berabad yang lalu memang sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Kebiasaan ini telah mereka warisi dari nenek moyang mereka, warisan yang diterima begitu saja tanpa menilai aspek negative dan positifnya. Berbeda dengan masa sebelum  Muhammad, dimasa ini ada beberapa orang yang berfikir kritis tentang tradisi penyembahan berhala itu, kebingungan mengapa harus menyembah berhala yang hanya diam saja tdk dapat berbuat apa-apa, yang tidak dapat membahayakan maupun mencelakai dan lain-lain. Mereka adalah :
a.       Waraqoh Bin Naufal : kemudian ia masuk agama nasrani, dan konon ia orang pertama yang menyalin injil dalam bahasa arab.
b.      Ubaidullah Bin Jahsy : sempat memeluk Islam dan ikut hijrah ke Habasyah, disana pindah agama nasrani sampai mati.
c.       Zaid Bin Amr : tidak memeluk agama apapun pada akhrnya, ia menjadi pelancong. Ia dulu pernah berkata dalm kegelisahan sambil bersandar di ka’bah “ Ya Allah, andai aku tahu dengan cara bagaimana yang engkau sukai akan menyembahmu tentu akan aku lakukan. Tetapi aku tidak tahu.
d.      Usman Bin al-huwairis : pergi ke romawi dan memeluk agama nasrani.

6.   Putra-putri Muhammad.
               Dari perkawinanya dengan khadijah ia memiliki anak-anak yang mereka sayangi, dua putra dan empat  putri. Kedua putra beliau bernama al-Qasim dan Abdullah yang mempunyai julukan al-Tahhir dan al-Tayyib. Mereka meninggal diwaktu masih kecil dimasa jahiliyyah. Sedangkan keempat putri beliau adalah Zainab, Ruqayyah, Um Kulsum, dan Fatimah.[2]

7.      Perkawinan putri-putrinya.
a.       Zainab menikah dengan Abu al-As bin al-rabi’ bin abdusy Syams.
b.      Ruqayyah dan Um kulsum menilkah dengan Uthbah dan Utaibah. Yang keduanya ini kelak menjadi istri dari Utsman.
c.       Fatimah menikah dengan Ali setelah masa Islam.
8.      Menjauhi dosa ke Gua Hira.
Sudah menjadi kebiasaan orang-orang Arab masa itu bahwa golongan berpikir mereka selama beberapa waktu tiap tahun menjauhkan diri dari keramaian orang, berkhalwat dan mendekatkan diri kepada tuhan-tuhan mereka dengan bertapa dan berdoa, mengharapkan diberi rejeki dan pengetahuan. Pengasingan untuk beribadat semacam ini mereka namakan tahannuf dan tahannuth.[3]
9.      Kecendrungan Muhammad menyendiri.
Nabi Muhammad menghabiskan waktunya dengan menyendiri untuk berfikir dan mengamati apa yang terjadi disekitarnya, yang tujuan intinya adalah mencari hakikat kebenaran. Sampai ia seakan lupa akan urusan dunia.
10.  Mencari Kebenaran
Penyendirian nabi untuk berfikir hingga mengasingkan diri ke goa hira’ adalah dalam satu tujuan utama yaitu mencari suatu kebenaran. Kebenaran yang sangat luas yang dia fikir muangkin alam bias memberikan jawaban atas pertanyaan yang ia gelisahkan tersebut.
11.  Mimpi Hakiki.
Dalam masa yang panjang setiap kali bulan ramadhan, Muhammad selalu pergi menyendiri ke Hira’ untuk mencari jawaban atas kegelisahanya. Allah memberikan jawaban dengan cara memberi mimpi yang hakiki, mimpi inilah yang menjadi penguat iman nabi dan jawaban atas kegelisahan nabi. Walaupun masa kerasulan belum dimulai tapi mimpi inilah yang seakan menjadi jalan konikasi antara pertanyaan rasul dan jawaban ilahi. Mimpi hakiki bukanlah wahyu yang menjadi tanda atas kerasulan Muhammad.
Dalam usia yang mulai matang yaitu sekitar empat puluh tahun, tuhan mendidik ia melalui mimpi hakiki yang ia dapatkan. Nampaknya mimpi ini merupakan proses adaptasi yang dikaruniahkan tuhan sebelum Nabi benar-benar mendapatkan wahyu yang sesungguhnya.
Terjadi perbedaan antara ulama’ mengenai syari’at apa yang digunakan Nabi selama mendekatkan diri pada tuhan. Ada yang mengatakan menggunakan syari’at Nuh, isa, Musa,Ibrahim dan ada yang dapat dipastikan bahwa dia menggunakan syari’at tertentu dan mengamalkanya.  
12.  Wahyu pertama (tahun 610 M.)
Runtutan cerita tentang proses turunya wahyu pertama ini berasal dari sumber buku-buku sejarah. Sebagaiman yang dilakukan Ibnu Ishaq, cerita ini pada umumnya sama dengan para penulis buku sejarah kehidupan Muhammad lainnya. Ada sedikit perbedaan mengenai keadaan Nabi ketika menerima wahyu, apakah dalam keadaan jaga atau tidur ?... hal ini sebenarnya memberikan pengaruh yang sangat besar, yang berpendapat dalam keadaan tidur maka ia memberikan gambaran seakan merupakan mimpi yang sangat luarbiasa, sedangkan mereka yang berpendapat terjaga maka berarti Nabi menerima wahyu dan melihat jibril secara dhahir. Sedangkan Hussen Haikal sendiri mengutip pendapat dari sumber yang dibawa oleh al-Hafidz Abu Nu’aim al-Asbahani dalam bukunya Dala’il an-Nubuwah dari al-Qamah bin al-Qais, bahwa “ yang mula-mula didatangkan pada para nabi itu, mereka dalam keadaan tidur supaya hati mereka tentram. Sesudah itu kemudian wahyu turun . dan ditambahkan : “ ini yang dikatakan al-Qamah bin Qais sendiri, suatu keterangan yang baik, diperkuat oleh yang dating sebelum dan sesudahnya”  
Nampak sekali bahwa kecendrungan haikal untuk memilih peristiwa yang dirasa dapat diterima oleh manusia pada umumnya yaitu bahwa Muhammad menerima wahyu dalam keadaan tidur (melalui mimpi). Begitu pula dengan sanggahan Haikal terhadap pendapat yang mengatakan nabi ber-Mi’raj secara dzahir. Ia berpendapat bahwa nabi hanya bermi’raj dengan ruh sebagai mana seorang yang terhipnotis, mereka dapat melakukan perjalanan kemana pun dalam dunia bawah sadar mereka. Inilah yang dianggap lebih rasional dan memungkinkan diterima bagi Muhammad yang juga terbatas oleh jasad sebagaimana manusia pada umumnya.
13.  Khadijah lambang ketulusan.
Khadijah adalah istri yang paling dicintai oleh rasul, karena khadijah yang menemani awal perjuangan rasul, mengorbankan seluruh hartanya dijalan perjuangan dan da’wah kerasulan Muhammad, melahirkan anak-anak yang menjadi curahan kasih sayang buah hati mereka. Khadijahlah yang menjadi tempat pertama yang mengerti keadaan Nabi,menenangkan dalam kegelisahan yang Nabi alami dan menjadi penentram jiwa nabi.   

C.    KESIMPULAN
 Dalam menyajikan kisah yang ada dalam buku Hayatu Muhammad, Haikal menyajikan dengan kisah yang sangat dapat diterima dengan rasional, seperti pada sub bab perawakan Muhammad. Menurut pemakalah rasionalitas Haikal Nampak berlebih dalam memandang peristiwa Mi’raj rasul dan Wahyu pertama turun.



[1] Dalam buku Sirah Nabawiah karya Shafiyyurrahman Al-Mubarakfury dikatakan bahwa baqum merupakan nama yang telah diarabkan, sedangkan nama aslinya menurut bahasa romawi adalah Pachomius.
[2] Dalam satu riwayat Nabi memiliki anak laki-laki yang lahir dari Maria al-Qibthiyyah yang bernama Ibrahim.
[3] Tahannuf atau tahannafa, mungkin asal katanya seakar dengan hanif, yang berarti ‘cenderung kepada kebenaran’ ‘meninggalkan berhala dan beribadat kepada Allah’ (LA) atau sebaliknya dari perbuatan syirik. (Bandingkan Qur’an, 2: 135; 10: 105). Tahannuth atau tahannatha, beribadat dan menjauhi dosa; mendekatkan diri kepada Tuhan’ (N). ‘Beribadat dan menjauhi berhala, seperti tahannatha (LA). Dalam terjemahan selanjutnya kedua kata ini tidak diterjemahkan (A).

0 komentar:

Posting Komentar

Social Icons