Sejarah telah menceritakan hal ihwal manusia, salah satunya Manusia menjalani kehidupan di dunia tak akan luput dari masalah. Hiruk pikuk aktifitas yang dilakukan seringkali menemui berbagai macam masalah. Masalah terkadang hadir tanpa diundang dan hilang dengan bekas yang dalam menghujam tajam di memori manusia. Tak sedikit dari mereka merasa pesimis untuk melanjutkan perjalanan hidupnya ketika mereka harus menghadapi masalah yang menumpuk. Tak ayal banyak kasus bunuh diri yang sering mewaarnai pemberitaan dalam media baik cetak maupun elektronik, baik itu di dalam maupun luar negeri. Nampaknya masalah memang terdengar berat untuk dihadapi bagi mereka yang tidak mempunyai rasa optimisme yang tinggi. Kemudian banyak dari mereka yang melakukan tindakan bunuh diri sebagai wujud penghindaran diri terhadap masalah tersebut.
Di sini, ada beberapa kelompok yang dapat disimpulkan dari cara mereka untuk menghindari maupun menghadapi masalah itu. Yang pertama, kelompok orang yang mempunyai rasa optimisme yang tinggi. Biasanya mereka berusaha sekuat apa yang bisa mereka lakukan untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi dan melakukan hal-hal yang dapat menyelasaikan masalah itu. Kelompok ini jarang untuk bersikap frustasi dan menghindar dari permasalahan, hal ini disebabkan oleh rasa optimisme yang tinggi dalam dirinya. Mereka tak pernah surut menghadapi hujaman masalah-masalah meski kondisi tidak mendukungnya. Adapun kelompok kedua adalah kumppulan orang-orang yang bersikap apatis dan tidak merasa kuatir dengan masalah yang menimpa terhadap dirinya. Kelompok yang satu ini cenderung tidak terlalu memikirkan sebab munculnya masalah dan akibatnya terhadap mereka. Meskipun masalah berjubel di belakang diri mereka, layaknya angin yang tak dapat dilihat rupanya. Masalah tersebut seakan tak terlalu berefek kepada mereka. Padahal tindakan tersebut tidak tepat untuk dilakukan. Karena tindakan tersebut bukanlah hal yang baik dalam menghadapi suatu masalah. Jika seseorang terus menerus bersikap seperi itu, maka pertanda bahwa seseorang tersebut tidak mempunyai rasa tanggung jawab yang tinggi dan tidak peka dengan hal yang terjadi dengan dirinya. Sedangkan kelompok yang ketiga adalah golongan orang-orang yang tidak lagi merasa mampu menghadapi masalah yang mereka hadapii, kemudian penyakit frustasi menyerang pikiran mereka. Alhasil, rasa pesimisme timbul sedikit demi sedikit dalam dirinya. Kepasrahan yang mereka pilih dianggap sebagai jalan terakhir dalam menghadapi masalah tersebut. Dan akibatnya lagi, mereka tidak segan-segan untuk melakukan tindakan bunuh diri(suicide).
Dengan demikian, Manakah kelompok yang termsuk di dalamnya kita ? pertanyaan itu dapat kita jawab dengan pertamakali melakukan bentuk introspeksi dan evaluasi diri. Selama ini tindakan apakah yang sering kita ambil ketika harus menghadapi masalah. Apakah sama dengan tindakan yang dilakukan oleh kelompok pertama, atau kita cenderung tidak menganggap masalah itu ada sebagaimana hal yang dilakukan oleh kelompok yang kedua. Lebih parah lagi, apa mungkinkita sering menghindar dari masalah dan merasa frustasi tatkala masalah menimpa diri kita. Selanjutnya, jika kita sudah melalkukan bentuk introspeksi diri dan evaluasi diri, kemudian kita tellah menentukan tindakan apa yang lebih baik dilakukan ketika harus menghadapi masalah. Maka, sebaiknya kita memulai menumbuhkkan rasa optimis dalam diri kita dalam menjalani kehidupan ini. Hilangkan pandangan negatif dan kata “tidak bisa”, buang jauh dari jangkauan diri yang lemah. Yakini bahwa manusia mempunyai kekuatan untuk mengatur hidup sendiri dan menentukan jalan yang terbaik untuk diri kita.
0 komentar:
Posting Komentar